Tausiah: Dua Wajah Malaikat Pencabut Nyawa
Malaikat Izrail bisa berwajah sangat buruk dan menakutkan jika akan menyabut nyawa pendurhaka. A lkisah , Nabi Sulaiman mul...
http://www.keretawaktu.com/2020/01/tausiah-dua-wajah-malaikat-pencabut.html
Malaikat Izrail bisa berwajah sangat buruk dan menakutkan jika akan menyabut nyawa pendurhaka.
Alkisah, Nabi Sulaiman mulai menambatkan kudanya di depan istananya. Kuda itu meringkik sejenak sambil menggerakkan kakinya sebelum duduk. Kuda Nabi Sulaiman ini adalah kuda terbaik dari 1200 kuda yang dimilikinya. Kuda berwarna coklat tua dengan bulu keemasan dibelinya dari Mesir setara dengan harga 200 hamba sahaya terbaik.
Nabi Sulaiman baru saja pulang dari perjalanan yang dianggap sangat penting. Perjalanan ini terbilang sangat istimewa karena semua wilayah tak luput dari kunjungannya. Mulai dari ujung barat hingga timur Palestina. Hampir tiga bulan Nabi Sulaiman melalui inspeksi dan tak satu desa pun tak dikunjungi. Pada malam hari Nabi Sulaiman selalu menginap di rumah penduduk termiskin. Ia menolak menginap di rumah pejabat negara.
Dalam
pejalanan itu satu malam ia menyaksikan sebagian rakyatnya yang mulai
makmur. “Aku ingin nasib kalian semua tidak menjadi bebanku,”
katanya. Namun, pernah juga ia saksikan rakyatnya yang sangat miskin.
Nabi Sulaiman menangis melihat kemiskinannya itu. Rumahnya menempel
ke tembok pagar tetangga kaya. Nabi Sulaiman menginap di rumah itu.
Nabi
Sulaiman kaget ketika bangun tegah malam untuk salat dikejutkan
dengan pemandgan yang sangat mengesankan. Keluarga miskin itu dalam
salat malamnya tedengar berdoa. ''Ya Allah aku ridla dengan
anugerah-Mu karena aku tahu bahwa surga-Mu sangat luas dan amat
membahagiakan aku. Aku akan sangat bahagia nanti jikia menghadap-Mu
tanpa pertanggungjawaban duniawi. Ya Allah, anugerahkan rajaku Nabi
Sulaiman anugerah terbaik-Mu di saat usianya yang sudah sangat tua.''
Keesokan
harinya Nabi Sulaiman memberinya uang dan orang miskin itu
menolaknya.
''Mengapa
engkau menolaknya?"
"Sudah
menjadi tradisi keluarga kami para pejuang sejak Nabi Daud adalah
menerima sesuatu dengan bekerja."
"Tapi, bukankah engkau telah memberiku tumpangan menginap sehingga engkau layak menerima uang?"
"Tapi, bukankah engkau telah memberiku tumpangan menginap sehingga engkau layak menerima uang?"
"Tidak
wahai raja yang dicintai rakyatnya. Kami ikhlas menerima baginda
dengan sukacita dan merupakan kehormatan tertinggi bagi kami.
Bukankan menerima tamu pahalanya sangat besar dan meninggalkan rahmat
dan ampunan Allah bagi kami sekeluarga. Apalagi tamunya seorang
nabi.”
Segala
upaya dilakukan Nabi Sulaiman agar ia mau menerima hadiah tapi selalu
gagal. Akhirnya Nabi Sulaiman menawarkanya jabatan menjadi
pegawainya. Ia bersedia setelah Nabi Sulaiman menawarinya jabatan
sebagai penjaga ma’bad (kuil).
Ringkik
kuda Nabi Sulaiman menunjukkan keletihan yang panjang. Nabi Sulaiman
melangkah melalui beberapa ruangan istana dengan dikawal pasukan
khusus bersenjata lengkap. Seperti biasa semua pegawai istana
menyambutnya. Terakhir sang permaisuri yang menyediakan minuman
hangat.
Kemudian
ia memasuki kamar pribadinya. Kamar pribadi ini tak seorang pun boleh
masuk kecuali atas seizinnya. Kunci kamar pribadi itu selalu ia bawa
ke mana pun ia pergi. Istri dan anak nabi Sulaiman sendiri tak
bisa masuk tanpa seizinnya.
Namun,
ketiKa ia membuka pintu kamarnya ia kaget karena di dalam kamar itu
sudah ada seorang laki-laki yang duduk di kursi kerjanya. Laki-laki
itu berwajah sangat tampan dan menyenangkan dengan baju megah yang
tak pernah disaksikannya di dunia. Nabi Sulaiman hampir saja
memanggil para pengawalnya.
"Siapakah
gerangan anda yang berani masuk ruangan kami yang sangat pribadi,
terkunci, dan duduk di kursi kebesaran kami? Tentu, kami tahu tuan
bukan orang sembarangan," kata Nabi Sulaiman, bertanya selidik.
Laki-laki
itu kemudian berdiri menghormat dan mendekati Nabi Sulaiman.
"Wahai
nabiyallah maafkan jika kedatanganku mengagetkan tuan. Saya memang
tidak pernah diutus menemui tuan sebelumnya dan setiap hari seperti
Jibril. Saya hanya diperintahkan Allah datang sekali dalam seumur
hidup manusia. Perkenalkan bahwa saya Izrail, malaikat yang hanya
datang sekali untuk menyebut nyawa hamba Allah."
Nabi Sulaiman kaget dan sadar bahwa inilah akhir hidupnya. Izrail sudah menunggunya.
Nabi Sulaiman kaget dan sadar bahwa inilah akhir hidupnya. Izrail sudah menunggunya.
“Apakah
ini artinya engkau akan menyabut nyawaku saat ini juga?”
“Benar
wahai nabiyallah.”
“Baiklah
aku tak bisa mengelak. Jika kematian tiba tak bisa ditunda. Tapi,
bolehkan saya bertanya?"
“Silahkan
nabiyallah.”
“Bolehkah
aku melihat wajahmu yang sebenarnya ketika menghadapi manusia durhaka
yang penuh dosa!”
“Apalah
nabiyallah benar-benar bertkeinginan melihatnya?”
“Tidak,
silahkan.”
Tiba-tiba
Nabi Sulaiman pingsan ketika Malaikat Izrail memperlihatkan wajah dan
sosoknya yang sangat menakutkan khusus untuk mencabut orang kafir dan
mereka yang durhaka kepada Allah SWT.
Mata
Izrail berwarna merah dan mulutnya mengeluarkan api. Panasnya hampir
membakar istana Nabi Sulaiman. Kulitnya hitam kelam dengan
mengeluarkan bau yang sangat
tidak sedap.
Setelah
siuman Nabi Sulaiman melihat pemandangan yang lain. “Orang akan
ketakutan melihatmu sebelum kau cabut nyawanya sehingga ia merasakan
tekanan batin dan rasa sakit yang sangat.”
“Benar.
Ia akan merasakan rasa sakit yang sulit digambarkan.”
“Lalu,
bagaimana ruh seorang nabi dan orang saleh kau cabut?’
“Dia
akan melihatku dengan gembira dan tak terasa ruhnya terbang
meninggalkan jasadnya. Karena sebenarnya ia sangat merindukan saat
seperti itu ketika dimulainya perjalanan penuh kenikmatan.”
Tanpa
terasa Nabi Sulaiman terkulai lemas di ruangan pribadinya. (Musthafa
Helmy)