Tausiah: Dua Wajah Malaikat Pencabut Nyawa

Malaikat Izrail bisa berwajah sangat buruk dan menakutkan jika akan menyabut nyawa pendurhaka. A lkisah , Nabi Sulaiman mul...


Malaikat Izrail bisa berwajah sangat buruk dan menakutkan jika akan menyabut nyawa pendurhaka.

Alkisah, Nabi Sulaiman mulai menambatkan kudanya di depan istananya. Kuda itu meringkik sejenak sambil menggerakkan kakinya sebelum duduk. Kuda Nabi Sulaiman ini adalah kuda terbaik dari 1200 kuda yang dimilikinya. Kuda berwarna coklat tua dengan bulu keemasan dibelinya dari Mesir setara dengan harga 200 hamba sahaya terbaik.
 
Nabi Sulaiman baru saja pulang dari perjalanan yang dianggap sangat penting. Perjalanan ini terbilang sangat istimewa karena semua wilayah tak luput dari kunjungannya. Mulai dari ujung barat hingga timur Palestina. Hampir tiga bulan Nabi Sulaiman melalui inspeksi dan tak satu desa pun tak dikunjungi. Pada malam hari Nabi Sulaiman selalu menginap di rumah penduduk termiskin. Ia menolak menginap di rumah pejabat negara.
Dalam pejalanan itu satu malam ia menyaksikan sebagian rakyatnya yang mulai makmur. “Aku ingin nasib kalian semua tidak menjadi bebanku,” katanya. Namun, pernah juga ia saksikan rakyatnya yang sangat miskin. Nabi Sulaiman menangis melihat kemiskinannya itu. Rumahnya menempel ke tembok pagar tetangga kaya. Nabi Sulaiman menginap di rumah itu.
Nabi Sulaiman kaget ketika bangun tegah malam untuk salat dikejutkan dengan pemandgan yang sangat mengesankan. Keluarga miskin itu dalam salat malamnya tedengar berdoa. ''Ya Allah aku ridla dengan anugerah-Mu karena aku tahu bahwa surga-Mu sangat luas dan amat membahagiakan aku. Aku akan sangat bahagia nanti jikia menghadap-Mu tanpa pertanggungjawaban duniawi. Ya Allah, anugerahkan rajaku Nabi Sulaiman anugerah terbaik-Mu di saat usianya yang sudah sangat tua.''
Keesokan harinya Nabi Sulaiman memberinya uang dan orang miskin itu menolaknya.
''Mengapa engkau menolaknya?"
"Sudah menjadi tradisi keluarga kami para pejuang sejak Nabi Daud adalah menerima sesuatu dengan bekerja."
"Tapi, bukankah engkau telah memberiku tumpangan menginap sehingga engkau layak menerima uang?"
"Tidak wahai raja yang dicintai rakyatnya. Kami ikhlas menerima baginda dengan sukacita dan merupakan kehormatan tertinggi bagi kami. Bukankan menerima tamu pahalanya sangat besar dan meninggalkan rahmat dan ampunan Allah bagi kami sekeluarga. Apalagi tamunya seorang nabi.”
Segala upaya dilakukan Nabi Sulaiman agar ia mau menerima hadiah tapi selalu gagal. Akhirnya Nabi Sulaiman menawarkanya jabatan menjadi pegawainya. Ia bersedia setelah Nabi Sulaiman menawarinya jabatan sebagai penjaga ma’bad (kuil).
Ringkik kuda Nabi Sulaiman menunjukkan keletihan yang panjang. Nabi Sulaiman melangkah melalui beberapa ruangan istana dengan dikawal pasukan khusus bersenjata lengkap. Seperti biasa semua pegawai istana menyambutnya. Terakhir sang permaisuri yang menyediakan minuman hangat.
Kemudian ia memasuki kamar pribadinya. Kamar pribadi ini tak seorang pun boleh masuk kecuali atas seizinnya. Kunci kamar pribadi itu selalu ia bawa ke mana pun ia pergi. Istri dan anak nabi Sulaiman sendiri tak bisa masuk tanpa seizinnya.
Namun, ketiKa ia membuka pintu kamarnya ia kaget karena di dalam kamar itu sudah ada seorang laki-laki yang duduk di kursi kerjanya. Laki-laki itu berwajah sangat tampan dan menyenangkan dengan baju megah yang tak pernah disaksikannya di dunia. Nabi Sulaiman hampir saja memanggil para pengawalnya.
"Siapakah gerangan anda yang berani masuk ruangan kami yang sangat pribadi, terkunci, dan duduk di kursi kebesaran kami? Tentu, kami tahu tuan bukan orang sembarangan," kata Nabi Sulaiman, bertanya selidik.
Laki-laki itu kemudian berdiri menghormat dan mendekati Nabi Sulaiman.
"Wahai nabiyallah maafkan jika kedatanganku mengagetkan tuan. Saya memang tidak pernah diutus menemui tuan sebelumnya dan setiap hari seperti Jibril. Saya hanya diperintahkan Allah datang sekali dalam seumur hidup manusia. Perkenalkan bahwa saya Izrail, malaikat yang hanya datang sekali untuk menyebut nyawa hamba Allah."
Nabi Sulaiman kaget dan sadar bahwa inilah akhir hidupnya. Izrail sudah menunggunya.
Apakah ini artinya engkau akan menyabut nyawaku saat ini juga?”
Benar wahai nabiyallah.”
Baiklah aku tak bisa mengelak. Jika kematian tiba tak bisa ditunda. Tapi, bolehkan saya bertanya?"
Silahkan nabiyallah.”
Bolehkah aku melihat wajahmu yang sebenarnya ketika menghadapi manusia durhaka yang penuh dosa!”
Apalah nabiyallah benar-benar bertkeinginan melihatnya?”
Tidak, silahkan.”
Tiba-tiba Nabi Sulaiman pingsan ketika Malaikat Izrail memperlihatkan wajah dan sosoknya yang sangat menakutkan khusus untuk mencabut orang kafir dan mereka yang durhaka kepada Allah SWT.
Mata Izrail berwarna merah dan mulutnya mengeluarkan api. Panasnya hampir membakar istana Nabi Sulaiman. Kulitnya hitam kelam dengan mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap.
Setelah siuman Nabi Sulaiman melihat pemandangan yang lain. “Orang akan ketakutan melihatmu sebelum kau cabut nyawanya sehingga ia merasakan tekanan batin dan rasa sakit yang sangat.”
Benar. Ia akan merasakan rasa sakit yang sulit digambarkan.”
Lalu, bagaimana ruh seorang nabi dan orang saleh kau cabut?’
Dia akan melihatku dengan gembira dan tak terasa ruhnya terbang meninggalkan jasadnya. Karena sebenarnya ia sangat merindukan saat seperti itu ketika dimulainya perjalanan penuh kenikmatan.”
Tanpa terasa Nabi Sulaiman terkulai lemas di ruangan pribadinya. (Musthafa Helmy)


Baca Juga:

Serba Serbi 5118481723328065013

Posting Komentar

emo-but-icon

Video Berita Haji

Populer

Terbaru

Iklan

item