Saudi Masuki Era Kereta Api Cepat
Kereta api Haramain buatan Spanyol Jumat, 30 April 2015 lalu menjadi tonggak penting perkeretapian Arab. Hari ini diujicoba kereta cep...

http://www.keretawaktu.com/2015/05/saudi-masuki-era-kereta-api-cepat.html
![]() |
Kereta api Haramain buatan Spanyol |
Jumat,
30 April 2015 lalu menjadi tonggak penting perkeretapian Arab. Hari
ini diujicoba kereta cepat tujuan Makkah dan Madinah melalui Jeddah.
Kereta api tersebut dimaksudkan ujntuk mempertlancar arus
transportasi gerakan jemaah haji mapun umrah yang jumlahnya terus
meningkat.
“Kami
akan menempatkan banyak petugas di sekitar stasiun, mereka kami latih
berbagai macam bahasa untuk melayani jemaah haji,” ujar Presiden
Organisasi Kereta Api Arab Saudi, Mohammed Al-Suwaiket. Kereta
tersebut ditargetkan mampu mengangkut sekira 19.600 penumpang setiap
jamnya.
Dengan
adanya Kereta Haramain, jarak Makkah dan Madinah dapat ditempuh dalam
tempo 90 menit. Hal tersebut jauh lebih efisien jika dibandingkan
dengan perjalanan bus yang memakan waktu selama 8 jam.
Nantinya,
sebanyak 35 kereta api akan melayani para jamaah khususnya di waktu
puncak ibadah haji. Pemerintah Arab Saudi mengatakan tujuan utama
proyek Kereta Haramain adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada
umat Muslim yang akan melakukan ibadah di dua kota suci tersebut.
Jaur
kereta api cepat tersebut direncanakan rampung Desember 2015, menurut
Direktur Jenderal Expansion Projects at Saudi Railways Organization,
Arab Saudi, Wasmi Al-Ferraj. Dalam sebuah konferensi pers, Al-Ferraj
mengatakan bahwa jalur Madinah kini 52 persen selesai. Sementara
stasiun Makkah dengan pemberhentian di Jeddah juga hampir selesai. Di
lain pihak jalur menuju King Abdullah Economic City hampir 38 persen
selesai. Sebuah stasiun kelima akan dibangun menuju Bandara
Internasional Jeddah.
Jalur
Haramain dibangun khusus untuk kereta api listrik berkecepatan
tinggi, memanjang 450 km panjang dan memungkinkan kereta melaju
dengan kecepatan minimal 300 km/per jam menghantar penumpang dan
jemaah haji dari dan ke dua kota suci itu.
Proyek
ini dibagi menjadi enam bagian: Area 1 dimulai di Makkah sejauh 70km,
Area 2 dari jarak 70 km sampai 100 km, Area 3 dari 100 km hingga 185
km, Area 4 dari 185 km ke 285 km, Area 5 sampai 350 km, dan Area 6
sampai akhir 450 km di Madinah.
Pembangunan
jalur ini menelan biaya hampir 12 miliar Dolar AS. Tahap pertama yang
dibagi menjadi dua bagian menelan biaya 4,1 miliar Dolar AS dan yang
kedua, yang meliputi trek dan sinyal, menelan biaya 7,9 miliar Dolar
AS, kata Al-Ferraj. Jalur kereta api ini diperkirakan akan melayani
lebih dari 3 juta penumpang per tahun.
Qithar
Al-Haramain atau KA Haramain
adalah sebuah sistem transportasi kereta kecepatan tinggi antar kota
dengan jarak 449.2 kilometres (279.1 mil) yang dibangun di Arab
Saudi. Jalur ini akan menghubungkan kota suci umat Islam Madinah dan
Mekkah melalui Kota Ekonomi Raja Abdullah, Rabigh, Jeddah dan Bandar
Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah. Jalur ini akan terhubung
dengan jaringan nasional kereta api di Arab Saudi di Jeddah. Proyek
ini telah mengalami keterlambatan lebih dari dua tahun, yang
seharusnya direncanakan dibuka pada tahun 2012. Pada bulan Agustus
2014, Jalur dari Madinah ke Rabigh dijadwalkan akan dibuka pada akhir
tahun 2015, dan diusulan dibuka secara bertahap.
Jalur
kereta ini direncanakan sebagai sarana transportasi kereta listrik
yang aman dan nyaman dalam kecepatan 320 kilometres perjam.
Konstruksi dimulai pada Maret 2009. Jalur ini diharapkan dapat
membawa tiga juta penumpang per tahun, termasuk jemaah haji dan
umrah, serta membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di
jalan-jalan.
Jalur
ganda dirancang untuk kecepatan 360 kilometer perjam. Tapi, kereta
apoi hanyha akan berjalan dengan kecepatan 320 kilometer perjam.
Perjalanan 78 kilometer (48 mil) antara Jeddah dan Mekkah akan
menelan waktu kurang dari setengah jam. Sedangkan 410 kilometer (250
mil) antara Jeddah dan Madinah akan memakan waktu sekitar 2 jam.
Jalur kereta dan stasiun dirancang dapat dipergunakan pada suhu
berkisar antara 0 °C (32 °F) sampai 50 °C (122 °F).
Jalur
ini akan memiliki 5 stasiun yaitu: Madinah (Kota Pengetahuan dan
Perekonomian), di ujung utara jalur Kota Ekonomi Raja Abdullah di
Rabigh, Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, Pusat kota
Jeddah, Mekkah selatan, dan Stasiun Sentral Mekkah. Stasiun Bandar
Udara Internasional Raja Abdul Aziz Jeddah akan menjadi stasiun
terakhir. Madinah hanya memiliki satu stasiun. Kemungkinan akan
dibangun sebuah stasiun di Terminal khusus Haji Bandar Udara Jeddah.
Menurut
Organisasi Kereta Api Saudi, stasiun akan memiliki bangunan dengan
ikon yang berestetika, dengan desain yang memperhitungkan tradisi
arsitektur Islam. Setiap stasiun akan memiliki toko, restoran,
masjid, parkir, helipad dan ruang tunggu VIP. Stasiun dirancang oleh
Buro Happold dan Foster & Partners. Ada 46 kereta api Talgo 350
buatan Spanyol sudah dipesan.
Hijaz
Railway
Kereta
api Hijaz merupakan kereta api hyang menghubungkan Arab Saudi dengan
Suriah. Jalur ini dibangun pada masa pemerintahan Usmaniah Turki
pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II. Jalur ini terbentang
antara Damaskus (Suriah)-Amman (Yordania) sampai ke Madinah (Arab
Saudi). Jalur kereta api ini merupakan bagian dari jalur kereta api
yang menghubungkan antara Istanbul-Haifa (Israel) yang merupakan
salah satu proyek infrastruktur pemerintahan Usmaniah selain program
telekomunikasi dengan memasang kabel telegraf di seluruh wilayah
Usmaniah yang saat itu meliputi wilayah sebagian Afrika utara, Timur
Tengah sampai Balkan.
Pembangunan
jalur kereta api ini sudah dilakukan pada tahun 1840 M namun baru
direalisasikan pada tahun 1908. Rencana ini dilakukan untuk lebih
menyatukan wilayah Usmaniah yang luas dengan sarana transportasi dan
telekomunikasi yang memadai, sebagai salah satu program Pan Islamisme
yang dilancarkan oleh Sultan Abdul Hamid II. Selain itu khusus jalur
Hijaz adalah mempermudah dan meningkatkan pelayanan jemaah haji.
Pengerjaan
jalur kereta api ini berbeda dengan pengerjaan jalur kereta api yang
lain di wilayah Usmaniah yang dilakukan dengan bantuan Jerman seperti
pengerjaan jalur kereta api Istanbul-Baghdad. Pengerjaan ini
dilakukan atas perintah Sultan dengan memerintahkan segenap kaum
muslimin untuk berpartisipasi dalam pembangunan suci ini. Biaya yang
diperlukan saat itu adalah sebesar 16 juta USD. Selain dari kaum
muslimin, sumbangan datang dari pemerintah, termasuk Shah di Iran.
Pengerjaan ini melibatkan 5.000 anggota Angkatan Darat serta penduduk
sipil. Rencana pembangunan ini juga melanjutkan ke Mekkah dan
pelabuhan Jeddah, namun karena terbentur masalah biaya dan terjadi
pertentangan oleh penduduk wilayah itu, maka jalur ini hanya berakhir
sampai Madinah. Versi lain mengatakan bahwa Syarif Hussein, Amir
(pemimpin Mekkah) saat itu memandang bahwa Jalur kereta api ini
mengancam kedudukannya di wilayah Hejaz sehingga menolak pembangunan
jalur itu.
Konstruksi
pembangunan jalur ini cukup sulit, karena melalui daerah kawasan
gurun pasir yang memiliki rintangan cukup tinggi. Selain melalui
gurun pasir yang rawan akan terjadinya badai gurun, juga menghadapi
wilayah yang bergunung gunung batu seperti lereng Naqab di selatan
Yordania. Selain itu sering lerjadinya longsor dan banjir di beberapa
wilayah ketika musim hujan dan risiko kekurangan air. Selain dalam
pengerjaannya, perjalanan melalui jalur ini juga melalui rintangan
yang sama beratnya dengan pengerjaannya.
Pada
tanggal 1 September 1908 jalur ini selesai dibangun dan mulai
dioperasikan dan pada tahun 1912 telah melayani 30.000 penumpang
pertahun. Perjalanan haji dan umrah semakin mudah serta menumbuhkan
bisnis dan perdagangan di kawasan itu. Tercatat pada taun 1914 telah
mencapai 300.000 penumpang. Selain para jamaah haji, angkatan
bersenjata Turki memanfaatkannya untuk mengirimkan suplai pasukan dan
barang.
Sebelum
dibangun jalur kereta api ini, biaya perjalanan haji cukup mahal.
Dengan menyewa unta dan perlengkapannya menghabiskan biaya 3.50 pound
per empat hari sedangkan perjalanan dua bulan. Sementara perjalanan
dengan kereta api lebih murah dari itu. Namun pada saat itu, untuk
haji dan umrah kereta api hanya digunakan untuk kaum wanita dan orang
tua, sedangkan kaum lelaki tetap menggunakan unta dengan menganggap
hal itu mengikuti cara Nabi.
Pada
periode selanjutnya ketika Usmaniah terlibat Perang Dunia I di pihak
Jerman, jalur ini mengalami kerusakan akibat sabotase agen Inggris
Lawrence of Arabia, selain karena kerusakan yang akibat revolusi Arab
pada saat itu, meskipun sebagian orang mengatakan bahwa penduduk dan
pihak lokal yang terlibat revolusi itu tidak merusak jalur kereta api
tetapi menyerang suplai dan tentara Turki. Sebagian lagi mengatakan
bahwa perusakan jalur ini dilakukan oleh penduduk lokal yang khawatir
akan kehilangan penghasilan dari persewaan unta kepada jemaah haji.
Setelah
Perang Dunia I sampai tahun 1971, ada usaha usaha untuk memperbaiki
kembali jalur kereta api ini, namun memerlukan biaya yang cukup
mahal. Terlebih lebih pada dekade 1970, dunia penerbangan tumbuh
dengan cepat. Terlebih lebih menggunakan perhubungan udara yang
menggunakan pesawat udara dianggap lebih ekonomis untuk wilayah
semenanjung Arab yang secara geografis didominasi oleh gurun pasir.
Saat
ini, jalur kereta api Hejaz hanya tinggal dijumpai sisa sisa bengunan
stasiun, bengkel, menara dan pompa air serta benteng-benteng yang
dibangun pada masa pemerintahan Usmaniyah. Hanya di jalur
Damaskus-Amman yang masih digunakan untuk kepentingan wisata dan
transportasi terbatas. Selebihnya terutama di daerah Syria dan
Yordania, bangunan bangunan tersebut dijadikan Museum. Sementara
Stasiun Madinah, oleh pemerintah Arab Saudi dijadikan Musium yang
terletak di jalan keluar kota Madinah menuju Mekkah melalui Bir Ali
atau Dzulkhulaifah yang digunakan sebagai patokan (miqat) untuk niat
melaksanakan Ibadah haji. (MH)