Karya Media Para Santri

Muktamar kedua Jam’iyah Nahdlatul Ulama tahun 1927 di Surabaya mengamanatkan untuk menerbitkan majalah berkala. Sekitar du...


Muktamar kedua Jam’iyah Nahdlatul Ulama tahun 1927 di Surabaya mengamanatkan untuk menerbitkan majalah berkala. Sekitar dua tahun setelah Nah­dlatul Oelama berdiri, organisasi itu langsung menerbitkan majalah yang diberi nama Swara Nahdlatoel Oelama. Majalah sederhana yang mengabarkan kegiatan NU masa itu diterbitkan pada bulan Muharam 1347 H bertepatan dengan antara Juni/Juli tahun 1928 M.
 
Meskipun majalah mempergunakan bahasa Jawa Krama Inggil, tapi sudah menyebut kata Indonesia. Karena NU merupakan perkumpulan kiai dan santri, maka majalah yang diterbitkan itu ditulis dalam aksara Arab Melayu atau Arab Pegon. Itulah aksara yang paling diakrabi warga NU. Mereka belum terbiasa dengan huruf latin.
Majalah Swara Nahddlatoel Oelama itu dipimpin langsung sang pendiri NU yaitu KH. A Wahab Chasbullah, dibantu Kiai Mas Abdul Kodir, KH. Ahmad Dahlan bin Ahyad, KH. Mas Alwi bin Abdul Azis dan KH. Ridwan bin Abdullah sang menciptakan lambang NU. Di sebelah kanan tertulis; saget nerami karangan sinten kemawon (bisa menerima karangan siapa saja).
Karena kantor pusat NU dahulu di Surabaya maka majalah NU juga diterbitkan dari Surabaya, tepatnya di Jalan Kawatan, Gang Onderling Belang Nomor 9 Surabaya. Tak jauh dari Stasiun Pasar Turi. Majalah dicetak di Perce­takan Hasan Ulwan di Jalan Kawatan 25 Surabaya.
Majalah ini dijual umum. Tarif langganan satu tahun seharga 2,50 Gulden. Setengah tahun 1,40 Gulden dan tiga bulan 0,75 Gulden. Harga satuannya 0,45 Gulden. Langganan luar daerah dikenakan biaya ongkos kirim dan majalah akan dikirim setelah wesel diterima. Tarif iklan sudah mulai dilakukan. Satu halaman (setunggal rahi) seharga 12 Gulden. Se­tengah halaman 6,5 Gulden dan seperempat halaman 3,5 Gulden.
Tahun 1931 terjadi perubahan manajemen media NU. KH. Mahfudz Siddiq (putera ulama besar Jember KH. Muhammad Siddiq)­ yang masih berusia 24 tahun ditunjuk memimpin media NU dan berubah nama menjadi Berita Nahdlatoel Oelama (BNO). Sejak itu majalah menggunakan bahasa Indonesia walaupun masih menyisakan rubrik tertentu dalam bahasa Arab dan juga aksara Pegon. Dalam perkembangannya, Majalah Berita Nahdlatul Oelama pada tahun ke-6 atau 1936 H, sudah mencantumkan iklan sebuah toko yang menjual jas dan piyama.­
Pada bagian bawah majalah tertulis: “Oleh karena madja­lah ba­njak memoeat kalimat moe’adzomah dan ajat-ajat Al-Qoran dan chadist-chadist Nabi maka wadjiblah atas toean-toean memoeljakan ini madjalah.”
Tahun 1937 M dalam muktamar ke-12 di Malang, Mahfudz terpilih sebagai ketua utama PBNU mendampingi KH. M Hasyim Asy’ari sebagai Rois Am. Ia sempat ditahan Jepang bersama Kiai Hasyim pada tahun 1945 (Bisa dilihat dalam film Sang Kiai). Mahfudz menjadikan majalah BNO sebagai media umum yang bisa dibaca siapa saja. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah bercerita gairah warga NU menunggu terbitnya BNO itu.
Majalah BNO menjadi perbincangan ketika perlawanan Palestina dikumandangkan tahun 1936, setahun setelah wafatnya ulama Palestina tokoh tarekat Naqsyabandiyah, Syaikh Izzuddin Al-Qasam. Sejak itu NU mulai mendukung Palestina dari jauh.
BNO menulis tentang pembelaan itu dengan mengajak semua ormas Islam mengumpulkan dana dan qunut Nazilah. Dalam teks qunut yang diedarkan itu jelas menyebut kata-kata Palestina. “Allahumma undzur wanshur ikhwanana muslimi Falasthin. Waksyif kurubahum wa tsabbit aqdamahum wa ahlik a’daahum” Ya Allah perhatikan dan tolonglah saudara-saudara kami muslimin Palestina. Selesaikan persoalan mereka, kuatkan langkah mereka serta hancurkan musuh-musuh mereka.
Menurut BNO, Sayang seruan kepada sejumah ormas Islam itu tak mendapat tanggapan balasan sampai batas waktunya, Syawwal 1357 atau Desember 1938, ke­cuali dari Sarekat Islam. Akhirnya, NU menganjurkan kepada semua cabang dan jaringan NU seluruh Indonesia untuk mengumpulkan bantuan. Sebelumnya, KH. A Wahab Hasbullah di Menes, Banten, pada 15 Juni 1938, mengemukakan kekecewaan itu, tak adanya respon dukungan terhadap Palestina. Dalam sebulan baru terkumpul F30 (30 Gulden). Bandingkan, harga kamera merek Kodak waktu itu seharga F36,15.
Setahun kemudian, usulan itu disampaikan kepada Kongres Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian memutuskan seruan kepada semua ormas anggota­nya melakukan pengumpulan dana untuk Palestina. Berita NU nomor 24 tanggal 2 Ramadan 1358 atau 15 Oktober 1939 memberitakan keputusan MIAI itu digaungkan di lingkungan NU. Diberitakan hambatan aparat Kolonial Belanda. Dari 68 cabang NU terkumpul dana 1.256,49 Gulden.
Berikutnya, Kiai Wahab membeli percetakan sendiri dan kemudian berdirilah Penerbit Nahdlatoel Oelama yang antara lain juga menerbitkan kitab-kitab, kalender, dan buku-buku.
Sejak 1 Januari 1936, majalah BNO terbit tengah bulanan atau istilah Belandanya half maandblad. Pada edisi itu pula tertulis kete­rangan bahwa majalah tersebut­ diupayakan oleh para ulama NU. Para ulama berharap, majalah tersebut dapat berperan sebagai obor kaum Muslimin pada umum­nya dan Nahdliyin khususnya.
Di luar KH. Mahfudz Siddiq yang ditunjuk sebagai Hoofd Redacteur (pemimpin redaksi), anggota redaksi lainnya tercantum ­K. Abdullah Oebaid Surabaya, KH. Eljas dan KH. A Wahid Hasjim. Majalah BNO bisa bersaing de­ngan majalah lainnya dan menjadi favorit di lapak-lapak. Artikel-­artikelnya bernas dan ditulis kalangan kiai.
Di kalangan pembaca NU, BNO menjadi tempat bertanya atas persoalan agama yang muncul di saat itu, begitu juga dengan derasnya mulai masuknya berbagai aliran keagamaan.
Tak ketinggalan pula, pada se­tiap terbitan majalah ini, selalu memuat nama-nama kiai, ulama, atau aktivis NU yang meninggal untuk disalatkan gaib dan doa. Majalah BNO beredar merata di Jawa dan sejumah basis NU di luar Jawa lainnya.
Keragaman iklan yang dimuat juga menggambarkan keragaman pembaca. Dari iklan toko kain hingga tiket kapal laut, dari tukang jahit hingga toko buku yang menjual buku-buku Kristen, dari toko emas imitasi hingga iklan hotel, hingga iklan toko dasi bergambar lambang Muhammadiyah, dan lain sebagainya.
Dari sisi tampilan, majalah BNO ini juga lebih rapi, baik sampul dan tata letak halamannya yang menggunakan tiga kolom di tiap halaman dibanding majalah sebelumnya yang masih tampil seadanya.
Namun, pada 1 Januari 1944 Kiai Mahfudz Suddiq wafat. BNO kehilangan komandan ka­rena Mahfudz termasuk sosok yang menguasai seluk beluk media dan memiliki keterampilan menulis serta kemampuan bahasa Belanda, Jepang, dan Inggris.

BNO Berubah
Lambat laun, sepeninggal Mahfudz Shiddiq, menurut NU Online, mengutip kolektor majalah Kemala Atmojo, edisi No. 6/Tahun XII/Juni - Juli 1952 terjadi perubahan besar manajemen. BNO terbit dua bulan sekali dan alamat redaksi pindah ke Jalan Maluku II/1 Semarang, Jawa Te­ngah dan alamat administrasi di Jalan Pekodjan 157, Kudus. Penerbitan majalah dikelola oleh PBNU bagian Dakwah.
Susunan redaksi pada edisi yang sampul berwarna merah ­memasang foto Kiai Wahab Chasbullah sedang berpidato itu, kali ini menampilkan banyak wajah baru. Saifuddin Zuhri ditunjuk sebagai Pemimpin Redaksi. Anggota redaksi: KH. A. Wahid Hasjim, KH. M. Dahlan, KH. M. Iljas, A.A. Achsien, Idham Chalid, A. Fattah Jasin, Ahmad Shiddiq, Umar Burhan, A. Chamid Widjaja, K.R. Amin Tjokrowidagdo, dan Nurjaman. Administrasi tertulis M. Zainury Noor (pemilik per­cetakan dan penerbit PT Menara Kudus).
Muktamar NU ke-19 di Palembang 26-30 April 1952 menjadi sejarah penting bagi NU karena sejak itu diputuskan NUkeluar dari Masyumi dan menjadi partai politik sendiri. Muktamar juga memilih KH. A. Wahid Hasyim sebagai Ketua Umum PBNU menggantikan KH. Nahrawi Thohir.
Menjelang pemilu 1955, PBNU mendirikan sebuah surat kabar bernama Duta Masyarakat. Segera setelahnya, surat kabar ini menjadi besar dan menjadi salah satu media cetak yang diperhitungkan di tanah air. Tak heran jika kemudian lahir banyak jurnalis handal, se­perti HM Mahbub Djunaidy (Ketua Umum PWI Pusat Dua kali), HM Said Budairy, dan Chalid Mawardi (Ketua PWI Jaya 1965), HM. Zain Badjeber, dan lain sebagainya.
Dalam sejarah perjalanan NU, sebenarnya banyak media yang diterbitkan. Ada Soeloeh NO, Harian Obor Revolusi (NU Jawa Timur), Chazanah, Berita NO, Warta NO, LINO (Lailatul Ijtima’ NO), Sophia Weekly (Ya Muallim Semarang), Risalah Islamiyah (diterbitkan Misi Islam pimpin­an Idham Chalid, Zen Badjeber, Chatibul Umam, dan Danial Tanjung) dan berkantor di Jl. Kramat Raya (kantor GP Ansor sekarang), Oetoesan NO, Berkala Sarbumusi, dan sebagainya.
Menjelang Pemilu Orde Baru 1971, Duta Masyarakat terbit de­ngan gencar menyuarakan NU sebagai pemenang kedua setelah Golkar. Dan setelah sejumlah partai Islam fusi, maka Duta Masyarakat juga ikut ‘fusi’ di harian Pelita dan berkantor di jalan Diponegoro (Kantor PPP) sekarang.
Adalah H. Said Budaery, Slamet Effendy Yusuf dan Ichwan­ Syam kemudian ­diam-diam menerbitkan Risalah Nahdlatul Ulama secara sederhana. Banyak tulisan majalah Risalah yang diambil dari ha­rian Pelita yang dianggap layak. Namun usia majalah ini tak panjang karena tidak didukung PBNU dan di­kerjakan sebagai sambilan.
Barulah pada tahun 2007, majalah Risalah diterbikan resmi oleh PBNU dalam bentuk buku. Kemudian pada tahun 2016 majalah Risalah terbit dalam bentuk majalah seperti yang sekarang kita kenal.
Yang istimewa, para pengelola­ (redaksi) majalah NU ini semua menjadi orang penting baik di lingkungan NU atau bangsa. Mahfudz Shiddiq kemudian terpilih sebagai Ketua umum PBNU. Idham Chalid kemudian menjabat Wakil Perdana Menteri sete­lah tahun 1955 dan Ketua DPR/MPR pertama hasil Pemilu Orde Baru 1971. KH. Ahmad siddiq kemudian terpilih sebagai Rais Am Syuriah PBNU 1984 dan 1989. KH. A. Wahid Hasjim, KH. Muhammad Dahlan, KH. Saifuddin Zuhri dan KH. M. Ilyas pernah menjabat menteri agama RI. KH. Fattah Yasin pernah menjabat menteri penghubung alim ulama. Achsjin pernah menjabat Duta Besar RI di Iran. Imron Rosadi dan Chalid Mawardi pernah menjadi ketua Komisi I DPRRI. Chamid Wijaya pernah menjadi anggota DPRRI. Chalid pernah menjabat Duta Besar RI di Suriah dan Libanon. (MH)

Baca Juga:

Serba Serbi 5132893757558496527

Posting Komentar

emo-but-icon

Video Berita Haji

Populer

Terbaru

Iklan

item