Haul ke 124 Syaikh Nawawi

KH Ma'ruf Amin dan Presiden Joko Widodo Di kalangan santri nama Syaikh Nawawi Banten sangat populer. Karena kitab-kitab karyanya mas...

KH Ma'ruf Amin dan Presiden Joko Widodo
Di kalangan santri nama Syaikh Nawawi Banten sangat populer. Karena kitab-kitab karyanya masih dikaji hingga kini di pesantren. Di beberapa masjid, sejumlah ulama masih mengajaran karya ulama Banten ini karena dianggap membumi dan bahasanya yang mudah difahami.



Haul (ulang tahun wafat) Syaikh Nawawi yang ke 124 dirayakan akhir Jumat bulan Syawwal 1438 yang tahun ini jatuh pada Jumat, 21 Juli malam lalu. Haul kali ini sangat istimewa karena Presiden Joko Widodo hadir dalam acara yang diselenggarakan di Pondok Pesantren An-Nawawi yang diasuh Ketua MUI KH Ma’ruf Amin.
Presiden Jokowi tiba di Ponpes An-Nawawi Tanara sekitar pukul 18.15 WIB setelah menempuh perjalanan darat dari kawasan Ancol Jakarta Utara sekitar 1,5 jam. Di sepanjang perjalanan, tampak warga menyambut kehadiran Jokowi dengan melambaikan tangan.
Jokowi datang langsung disambut KH Ma'ruf Amin yang masih keturunan Syauh Nawawi serta Gubernur Banten Drs. H. Wahidin Halim. Presiden mengenakan setelan jas hitam dipadukan dengan sarung kotak-kotak berwarna cokelat dan tak lupa mengenakan peci hitam.
Jokowi datang didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Tampak pula Pangdam Siliwangi Mayjen Herindra, Kapolda Banten Brigjen Listyo Sigit Prabowo, dan walikota Bandung Ir. Ridwan Kamil.
Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin dalam sambutannya menympaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas kehadiran presiden. “Walaupun sibuknya luar biasa, tapi karena cintanya kepada kita semua, cintanya kepada ulama, cintanya kepada Syaikh Nawawi, Beliau hadir di hadapan kita malam ini. Kita bersyukur punya presiden yang cinta ulama.”
Karena cintanya kepada ulama, kata Kiai Ma’ruf, presiden rajin keliling ke pesantren-pesantren. “Dan atas permintaan Beliau, pada tanggal 1 Agustus akan ada zikir nasional di istana negara, untuk memulai kegiatan peringatan kemerdekaan 17 Agusutus. Kita doakan semoga Beliau sehat, dan dapat melaksanakan tugas dengan baik.” Semua hadirin langsung menyambut amin.
Kiai Ma’ruf menjelaskan sedikit siapa gerangan tokoh yang kali ini tengah dikenang itu. “Beliau adalah satu dari dua tokoh Indonesia yang ada di dalam kamus besar bahasa arab terbesar di dunia, Al-Munjid, yang dikarang oleh Louis Ma’luf al-Yasu’i. Satu Bung Karno dan kedua Syaikh Nawawi.”
Syaikh Nawawi adalah seorang ahli fikih madzhab Syafi’i, seorang ahli tasawwuf, unggul di bidang tafsir. “Syaikh dilahirkan di Jawa kemudian pindah ke Mekkah. Itu adalah dua tokoh Indonesia di kalangan internasional,” kata Kiai Ma’ruf. Karya-karya Syaikh Nawawi hampir mencakup semua disiplin keilmuan Islam.
“Untuk mengenang beliau, kami memonumental sebagai nama pesantren. Selain peringatan haul, juga pesantren. Di pesantren ini, kami mendidik untuk tingkat tsanawiyah, tingkat ‘aliyah dan tingkat perguruan tinggi yaitu sekolah tinggi ilmu fiqih yang sekarang ini baru satu-satunya di Indonesia, adanya di Tanara.”
Kiai Ma’ruf berterima kasih kepada pemerintah yang banyak membantu bangunan asrama pesantren dan juga bantuan untuk santri miskin. Program belajar di pesantren ini selama 12 tahun. Enam tahun di tingkat SLTP dan SLTA. Empat tahun S1 dan dua tahun S2. “Mondoknya 12 tahun. Saya tantang orang Tanara kuat apa tidak mondok 12 tahun. Harus kuat, supaya nanti menjadi pejuang-pejuang bangsa, meneruskan para pejuang, para ulama kita, dan membantu pemerintah di dalam rangka menjaga agama dan menjaga NKRI yang kita cintai.”

Kebahagiaan Jokowi
Presiden Joko Widodo tampak bahagia malam itu karena bersama umat Islam hingga terlontar dalam kata-katanya.”Saya senang bisa hadir disini, meskipun setelah ini saya harus terbang lagi dari Halim menuju Jogjakarta, kemudian besok siang terbang lagi ke Semarang, malamnya terbang lagi ke Riau,” katanya, sambil memegangi secarik kertas sambutan.
“Sekali lagi, saya sangat berbahagia hadir pada malam ini, hadir untuk haul almagfurlah Syaikh Nawawi Al-Bantani yang ke 124. Tadi sudah disampaikan oleh bapak Kiai Ma’ruf Amin bahwa almarhum adalah satu-satunya ulama yang dimakamkan disamping istri Rasulullah dan Syaikh Nawawi dijuluki sebagai penghulu ulama Hijaz.”
Dalam sambutannya, Presiden mengingatkan umat Islam tentang keberagaman NKRI. “Kita harus tahu dan kita harus sadar bahwa Negara kita ini Negara yang besar, memiliki banyak suku yang patut kita syukuri sebagai anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia.”
Kenyataan anugerah Allah itu selalu ia kisahkan kepada para tamu Negara, seperti Raja Salman yang tak sangka juka Indiensia memiliki 17.000 pulau, 714 suku, dan memiliki lebih 1.100 bahasa lokal. “Raja salman bertanya balik ke saya apa kunjungi satu persatu? Saya bilang belum, kalau berkunjung,” katanya sambil tertawa.
“Kita ini memiliki 200 hampir 220 juta penduduk kita yang beragama Islam. Baru 250 juta penduduk Indonesia. Inilah yang terus akan saya sampaikan dimana-mana. Biar semua tahu, bahwa Negara besar dengan penduduk muslim yang paling banyak di dunia adalah yang namanya Indonesia.”
Terkait dengan haul ini, maka Presiden meminta umat Islam banyak meneladani Syaikh Nawawi. “Meneladani sikap hidup dan laku perjuangan Syaikh Nawawi berarti kita harus optimis, kita harus bahu membahu dalam membangun bangsa ini dan insya Allah negara kita akan menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.”

Ulama Besar
Syaikh Nawawi Al Bantani merupakan ulama besar asal Banten yang menjadi imam besar di Arab Saudi. Berkat keilmuannya di bidang agama Islam Syaikh Nawawi menjadi ulama yang disegani di Saudi bahkan di Indonesia.
Syaikh Nawawi al-Bantani lahir di Tanara, Serang, 1230 Hijriah atau 1813 M dan meninggal di Mekah pada 1314 H atau 1897 M. Dia ialah seorang ulama Indonesia bertaraf internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram.
Ia bergelar Al-Bantani karena berasal dari Banten. Ia seorang ulama dan intelektual yang produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Karena kemasyhurannya, Syekh Nawawi al-Bantani kemudian dijuluki antara lain Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni).
Nama Syekh Nawawi Banten sudah tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia. Bahkan sering terdengar sedikit disamakan kebesarannya dengan tokoh ulama klasik madzhab Syafi’i Imam Nawawi (676 Hijriah atau l277 Masehi). Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-pesantren tradisional yang sampai sekarang masih banyak dikaji.
Nama kiai asal Banten ini seakan masih hidup dan terus menyertai umat memberikan wejangan ajaran Islam yang menyejukkan. Di setiap majlis ta’lim, karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu, mulai dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir.
Karya-karyanya sangat berjasa dalam mengarahkan mainstream keilmuan yang dikembangkan di lembaga-Iembaga pesantren yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).
Sayid ’Ulamail Hijaz adalah gelar yang disandangnya. Sayid adalah penghulu, sedangkan Hijaz wilayah Saudi sekarang, yang di dalamnya termasuk Mekkah dan Madinah. Dalam karya-kayanya ia menyebut bahwa ia befnama Abu Abd al-Mu’ti Muhammad bin Umar al- Tanara al-Jawi al-Bantani.
Menurut Kiai Ma’ruf, karangan kitabnya banyak sekali yang ditulis dalam bahasa Arab. “Ada tafsir, fikih, ada hadis. Dan pandangan-pandangannya dijadikan skripsi bahkan tesis oleh para ahli. Salah seorang mahasiswa di Libya membuat satu judul; ‘Muhammad Nawawi wamanhaji tafsirihi’(Metode penafsiran Syaikh Nawawi). Di Kanada, seorang mahasiswa membuat tesis tentang pandangan tasawwufnya melalui kitabnya Salalimul Fudhala.” Tentu dua itu baru contoh dari ratusan karya yang mengkaji karya Syaikh Nawawi.
Selain mengarang, Syaikh Nawawi banyak menghasilkan murid-murid. Murid-muridnya lah yang kemudian menjadi pemimpin-pemimpin pesantren di Indonesia, dan bahkan juga sebagian pendiri organisasi-organisasi Islam. “Pendiri Nahdlatul Ulama adalah murid Syekh Nawawi, Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari. Kiai Cholil Bangkalan Madura, Syekh Asnawi Kudus, pendiri Muhammadiyah kiai Ahmad Dahlan, Syaikh Saleh Darat, Semarang.”
Pendiri Tarbiyah Islamiyah Syaikh Sulaiman ar-Rasuli dari Bukit Tinggi, pendiri Al-Wasliyah, pendiri Mathla’ul Anwar Kiai Mas Abdurrahman, Syaikh Ihsan Jampes, Syaikh Mahfud At-Turmusi, juga tercatat sebagai murid  Syaikh Nawawi. “Jadi pendiri ormas-ormas di Indonesia ternyata adalah murid-murid Syaikh Nawawi.”

Kelebihan dan Karamah
Dalam sejatah Syaikh Nawawi antara lain hang dutulis Sayid Chaidar Lasem, disebutkan bahwa syaikh memiliki beberapa karamah. Di antaranya, saat menulis syarah kitab Bidayatul Hidayah (karya Imam Ghozali), lampu minyak padam, padahal saat itu sedang dalam perjalanan dengan unta.
Ia berdoa, bila kitab ini dianggap penting dan bermanfaat buat kaum muslim, ia mohon kepada Allah SWT memberikan sinar agar bisa melanjutkan menulis. Tiba-tiba jempol kakinya mengeluarkan api, bersinar terang, dan ia meneruskan menulis hingga selesai. Bekas api di jempol membekas hingga ketika ia harus bergabung dengan militer Hijaz, ia ditolak karena cacat jempol kakinya itu.
Karamah yang lain, tampak saat beberapa tahun setelah ia wafat, makamnya dibongkar oleh pemerintah untuk dipindahkan tulang belulangnya dan liang lahatnya akan ditumpuki jenazah lain sebagaimana lazim di Ma’la.
Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syaikh Nawawi (beserta kafannya) masih utuh dan seperti baru walaupun sudah bertahun-tahun dikubur. Begitu bau yang dikeluarkan justru wangi. Pemerintah Arab Saudi akhirnya membiarkan makam itu dan dihormati dalam bentuk makam yang sendiri.(*/MH/Haris)

Baca Juga:

Nasional 8588190408576191472

Posting Komentar

emo-but-icon

Video Berita Haji

Populer

Terbaru

Iklan

item