KUDETA GAGAL TURKI DAN KONFLIK ERDOGAN - GHULEN
Erdogan dan Gulen dalam suatu acara Jumat, 15 Juli 2016, dunia dikejutkan dengan berita usaha kudeta yang dilakukan oleh sekelompok fak...

http://www.keretawaktu.com/2016/08/kudeta-gagal-turki-dan-konflik-erdogan.html
![]() |
Erdogan dan Gulen dalam suatu acara |
Jumat, 15 Juli 2016, dunia dikejutkan dengan
berita usaha kudeta yang dilakukan oleh sekelompok faksi militer di Turki untuk
menurunkan presiden Reccep Tayip Erdogan. Namun kudeta itu gagal dan justru
menjadi titik balik meningkatnya pengaruh Erdogan sebagai Presiden.
Pada hari Jumat tanggal 15 Juli 2016, dunia
dikejutkan oleh sebuah peristiwa yang mengejutkan; usaha kudeta Presiden Turki
Reccep Tayip Erdogan dari kursi kepresidenannya. Usaha tersebut dimulai pada
pukul 15.30 waktu setempat, terdapat beberapa laporan di media terkait operasi
besar di Ankara dan Istanbul. Laporan tersebut diantaranya memuat adanya sebuah
tank yang berjalan di kota Ankara. Kemudian juga terdapat beberapa pesawat
militer yang terbang secara rendah di kota Istanbul. Selain itu, sekelompok
tentara juga memblokir dua jembatan utama di kota Istanbul, yaitu Bosphorus dan
Fatih Sultan Mehmet. Sekumpulan tank juga bergerak menuju Bandara Internasional
Istanbul.
Setengah jam kemudian, Perdana Menteri Turki,
Binali Yildrim mengumumkan di stasiun TV Nasional bahwa hal tersebut adalah
percobaan kudeta oleh kelompok militer. Setengah jam kemudian, sebuah sumber di
angkatan bersenjata Turki menyatakan bahwa mereka telah mengambil alih
kekuasaan. Tidak lama kemudian, presiden Erdogan yang sedang berlibur segera
memberikan pengumuman melalui Skype kepada rakyatnya untuk turun ke jalan dan
menolak kudeta. Erdogan kemudian menyalahkan percobaan kudeta tersebut kepada
kelompok minoritas militer dan struktur paralelnya. Erdogan juga tidak lupa
menuduh Gulenist, pengikut ulama Turki yang tinggal di pengasingan, Fethullah
Gulen sebagai biang dari percobaan kudeta terhadap dirinya.
Kudeta terhadap Erdogan pada akhirnya gagal
setelah rakyat mengikuti seruan Erdogan untuk turun ke jalan dan menolak
kudeta. Usai percobaan kudeta yang gagal itu, pemerintah Turki segera melakukan
penangkapan besar-besaran terhadap berbagai orang yang dianggap terlibat dalam
usaha kudeta itu. Tercatat sekitar 6.000 personil dari militer, aparat
kehakiman dan berbagai institusi negara ditangkap. Tidak hanya itu, 8.000
personil polisi juga dipecat pasca kudeta yang gagal tersebut dan 103 laksamana
dan jendral juga ditahan oleh pemerintah Turki. Erdogan juga mewacanakan
pelaksanaan hukuman mati bagi pihak-pihak yang dianggap ikut terlibat dalam
kudeta yang gagal tersebut. Hal tersebut kemudian segera dikecam oleh berbagai
pihak, termasuk Menteri Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini yang
mengancam akan membatalkan permohonan Turki untuk menjadi negara anggota Uni
Eropa apabila hukuman mati benar-benar dilaksanakan.
Erdogan juga meminta pemerintah Amerika
Serikat untuk mengekstradisi Fethullah Gulen yang tinggal di Pennsylvania,
Amerika Serikat. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh pemerintah Amerika
Serikat melalui menteri Luar Negeri, John Kerry. Kerry beralasan permintaan
tersebut tidak bisa dikabulkan hingga pemerintah Turki benar-benar bisa
membuktikan keterlibatan Ghulen dalam kudeta tersebut. Kerry juga membantah
bahwa pemerintah AS terlibat dalam percobaan kudeta yang gagal tersebut. Gulen
sendiri membantah bahwa dirinya terlibat dalam kudeta tersebut dan balik
menuding percobaan kudeta tersebut adalah rekayasa Erdogan.
Dalam sejarahnya, Turki memang sudah empat
kali diguncang kudeta, yaitu pada tahun 1960, 1971, 1980 dan 1997. Dalam empat
proses kudeta tersebut, semuanya berjalan lancar. Beberapa pihak meyakini
kegagalan kudeta kali ini adalah karena tidak adanya satu suara di kalangan
militer. Berbeda dengan kudeta sebelumnya yang sepenuhnya didukung oleh militer
dan segenap partai dan rakyat yang mendukung sekularisme dan berniat
mempertahankan ideologi Ataturkisme (Paham Sekuler yang dicanangkan Mustafa
Kemal Ataturk, bapak Turki modern) dari paham Islamisme. Sedangkan, pada kudeta
tahun ini, tidak ada satu suara dari kubu militer karena mereka menganggap
kudeta kali ini adalah persaingan antara dua kubu Islamis, yaitu AKP (Partai
Erdogan) dan Gulenis atau Hizmet. Sehingga percobaan kudeta yang dilaksanakan
kemarin tidaklah berlangsung mulus seperti sebelumnya.
Perseteruan Lama Erdogan-Gulen
Percobaan kudeta yang gagal itu dan tuduhan
terhadap Gulen sebagai aktor intelektual dibalik kudeta seakan kembali
menegaskan perseteruan antara Erdogan dan Gulen yang berlangsung sejak tahun
2010. Sebelumnya, Erdogan dan Gulen adalah dua sahabat yang berjuang
memperjuangkan paham Islamis di Turki sejak tahun 1970-an. Keduanya turut bahu
membahu dalam memperjuangkan kemenangan AKP dan Recep Tayyip Erdogan sebagai
Perdana Menteri dalam pemilu tahun 2002. Dalam periode pertama Erdogan sebagai
perdana menteri pada tahun 2002 hingga 2007, kedua kubu sama-sama kompak
bekerjasama dalam menjalankan pemerintahan di Turki. Namun, ternyata hanya
berlangsung selama satu periode saja.
Kerjasama keduanya tidak berlangsung dalam
periode kedua pemerintahan mereka. Tidak adanya pembagian kekuasaan yang adil
antara AKP dan Hizmet serta perbedaan perspektif politik dan ekonomi kedua kubu
menjadi akar konflik kedua kubu tersebut. Kendati sama-sama berada dalam kubu
islamis, namun kubu Hizmet memiliki pemahaman yang berbeda dengan aliran
Necmettin Erbakkan, yang menjadi landasan dari partai AKP. Kubu Hizmet juga
memiliki rasa ketidakpercayaan yang cukup tinggi dengan Necmettin. Dalam sebuah
dokumen rahasia yang bocor juga menyatakan bahwa sejak tahun 2004, Erdogan bersama
Presiden Abdullah Gul membuat perjanjian dengan pihak militer untuk
mengeliminasi pengaruh gerakan Hizmet di Turki. Sehingga hal tersebut juga
membuktikan bahwa AKP dan Hizmet sudah memendam permusuhan sejak keduanya masih
bekerjasama di periode pertama pemerintahan Erdogan sebagai perdana menteri.
Puncak gunung es dari perselisihan kedua kubu
tersebut adalah perbedaan pendapat terkait pengiriman kapal Mavi Marmara pada
tahun 2010 ke Gaza. Kapal tersebut kemudian diserang oleh tentara Israel dan
memutus hubungan diplomatik antara Turki dan Israel, sebelum dinormalisasi pada
tahun ini. Perbedaan itu kemudian membuat dua kubu yang sebelumnya bersahabat karib,
resmi bermusuhan.
Dalam berbagai kesempatan, kubu Hizmet menuduh
AKP menggadaikan ideologi Islamis mereka menjadi lebih sekuler untuk melanggengkan
kekuasaan, hal ini ditunjukkan dengan pidato Erdogan tentang negara sekuler di
Mesir kala terjadi revolusi Arab Spring. Namun, di sisi lain, beberapa pemikir
sekuler di kubu Hizmet juga tidak kalah menuduh AKP di bawah Erdogan menjadi
lebih radikal dengan mengikuti berbagai fatwa para ulama dalam menjalankan
pemerintahannya. Maraknya korupsi yang dilakukan oleh pegawai pemerintahan,
yang kemudian ditunjukkan dengan sebuah rekaman yang menunjukkan korupsi yang
dilakukan pejabat pemerintahan di era Erdogan juga menjadi sasaran kritik kubu
Hizmet.
Ghulen sendiri kemudian membentuk sebuah
negara parallel dengan membentuk yayasannya di berbagai negara dan juga
mendirikan sekolah untuk menyebarkan pemikiran mereka di negara-negara
tersebut. Hal ini kemudian menjadikan ketakutan tersendiri bagi Erdogan
dan AKP akan perkembangan pengaruh politik Hizmet. Kendati Hizmet menolak untuk
mendirikan partai politik, karena bertentangan dengan citra mereka, namun
menyebarnya yayasan mereka di berbagai negara, termasuk Turki membuat
pemerintah AKP menjadi khawatir. Hal ini dikarenakan dua hal.
Pertama, Hizmet memiliki akar yang sangat kuat
di masyarakat secara luas baik di Turki maupun negara lain. Hal ini kemudian
membuat pengaruh kepemimpinan Hizmet secara global menguat di tataran
masyarakat yang tidak berada di bawah pemerintah Turki. Pemikiran Hizmet
tersebut juga banyak dianut oleh kalangan polisi, tentara dan aparat pemerintah
lainnya. Sehingga hal tersebut jelas menimbulkan ketakutan bagi AKP. Kedua,
prioritas akan pendidikan yang kompetitif oleh gerakan Hizmet telah
membentuk tatanan elit baru dalam bidang pendidikan dengan sensibilitas sipil
yang tinggi dan didukung oleh keunggulan di bidang politik dan ekonomi.
Menutup Sekolah
Erdogan sendiri sejak tahun 2013 telah menutup
1.000 sekolah persiapan kuliah yang berhubungan dengan Hizmet di Turki,
termasuk mempersulit operasional yayasan amal milik Hizmet yang diakui secara
internasional, Kimse Yok Mu. Erdogan kemudian juga meminta berbagai negara
untuk menutup sekolah milik gerakan Hizmet. Salah satu negara yang kemudian
menutup sekolah tersebut adalah Azerbaijan. Untuk mengantisipasi banyaknya
warga Turki yang tidak bisa bersekolah karena ditutupnya sekolah yang
berhubungan dengan Hizmet, Erdogan kemudian memperkuat peranan sekolah milik
negara dalam menggantikan peranan sekolah Hizmet. Kendati, sekolah tersebut
kemudian dikritik karena kualitasnya masih jauh dibawah sekolah milik Hizmet.
Tingginya eskalasi konfik kedua kubu pasca percobaan
kudeta memang sudah bisa diperkirakan. Lalu bagaimana masa depan Turki ke depan?
Percobaan kudeta yang gagal tersebut jelas akan meningkatkan popularitas
Erdogan dan ia akan menjadi semakin ganas untuk mempertahankan kekuasaannya.
Penangkapan atas orang yang diduga terlibat dalam kudeta secara massif dan
ancaman hukuman mati yang akan menimpa mereka juga akan membuat akhir dari
konflik ini masih jauh dari selesai. Sehingga, mediasi konflik antara Erdogan
dan Gulen jelas dibutuhkan untuk mencegah meluasnya konflik dan jatuhnya korban
tidak bersalah dari kalangan warga sipil Turki. (Kharizma Ahmada)