Pangeran Talal Tak Dukung Raja Salman?

Pangeran Talal bin Abdul Aziz Suasana di Arab Saudi, mungkin di lapisan tertentu, mirip suasana ketika Raja Saud dilengserkan Raja Fais...

Pangeran Talal bin Abdul Aziz
Suasana di Arab Saudi, mungkin di lapisan tertentu, mirip suasana ketika Raja Saud dilengserkan Raja Faisal tahun 1964 setelah menggantikan ayahnya Raja Abdul Aziz yang wafat tahun 1952.


Para pangeran Arab Saudi waktu itu terbelah dan serba ketakutan menunjukkan dukungan. Kini, terjadi lagi di Arab Saudi, setelah 51 tahun berlalu. Para pangeran terbelah karena sebagian memilih mendukung Pangeran Muqrin yang mengundurkan diri akhir Mei lalu. Pangeran Talal bin Abdul Aziz, misalnya, anak nomor 17 yang lahir tahun 1931 dari Raja Abdul Aziz ini memilih menolak keputusan Salman. Bahkan, tokoh gaek perpolitikan Arab Saudi Pangeran Saud Al-Faisal, 75 tahun, yang mengabdi selama 40 tahun sebagai menteri luar negeri, ikut mundur, meski dengan alasan kesehatan. Saud digantikan Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Adel bin Ahmad Al-Jubeir.
Dalam twitternya yang dilansir LahjNews.com, Talal menulis bahwa pergantain putera mahkota serta pengganti putera mahkota yang mengambil anak raja mengabaikan masih ada saudara raja sendiri dianggap menyalahi agama dan konstitusi. Karena itu menurut Talal, ayah jutawan Atab saudi Walid bin Talal, tak perlu baiat. Salman masih punya saudara Talal dan Ahmad.
Postur kabinet baru Arab Saudi setelah pengunduran diri Muqrin. Salman langsung langsung memantapkan sang kemenakan Mohammad bin Nayef sebagai putera mahkota. Semula dia menjabat Putera Mahkota II. Jabatan Putera Mahkota II diberikan kepada kepada anak Salman sendiri, Muhammad yang masih berusia 28 tahun.
Dari 31 jabatan menteri (dua dijabat Putera Mahkota I dan Putera Mahkota II dengan posisi yang sangat stretegis) hanya dua menteri dari kalangan pangeran. Saud Alfaisal sebagai menteri negara dan Pangeran Mutaib bin Abdullah sebagai menteri garda nasional. Selebihnya adalah menteri yang bukan dari kalangan pangeran.
Krisis Arab Saudi tak lain dari dampak serangan Saudi ke Yaman yang tidak sepenuhnya disetujui Putera Mahkota Muqrin dan Pangeran Saud. Dampaknya, Muqrin mengundurkan diri jabatan yang sangat memberi kesempatan dia menjadi raja berikutnya pada negara super kaya kinyak dengan penduduk asli hanya sekitar 20 juta jiwa itu. Keputusan itu dilakukan Rabu, 10 Rajab 1436 atau 29 April 2015.
Laporan yang disampaikan stasiun televisi negara menyebutkan Raja Salman memutuskan mengangkat Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota sekaligus wakil perdana menteri. Mohammed bin Nayef juga akan terus menjabat posisi lamanya, yakni menteri dalam negeri dan kepala badan koordinasi dewan politik dan keamanan.
Muhammad bin Nayef karirnya cemerlang sejak diangkat sebagai deputi menteri dalam negeri oleh ayahnya sendiri, Pangeran Nayef. Muhamamd pernah selamat dari usaha pembunuhan yang dilakukan jaringan teroris Al-Qaidah. Dia dikenal luas oleh dunia internasional, khususnya AS, sebagai pemimpin dan wakil putra mahkota Arab Saudi yang menentang terorisme.
'Pemecatan' si bungsu Muqrin, 69 tahun, ini menjadi tanda bahwa la;pisan pangeran lapis pertama yang tersisa dari era Raja Abdullah, telah habis dan tergusur.
Menurut sumber di Arab Saudi, sebelum pencopotan putera mahkota itu, Muhammad bin Salman, Rabu, 29 April lalu, mengejar mantan Putra Mahkota Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz yang diduga hendak menuju ke Yaman. Muqrin ditangkap sebelum memasuki wilayah Yaman. Muqrin dibawa kembali ke Riyadh dan ditempatkan sebagai tahanan rumah di salah satu istana milik Mohammed bin Salman.
Dalam berita yang dilansir resmi Arab Saudi menyatakan bahwa Raja Salman mengirim kawat untuk saudaranya Pangeran Muqrin yang menerima pengunduran diri. Raja mengatakan bahwa permintaan Pangeran Muqrin termasuk loyalitas dan persaudaraan yang tulus. Raja memuji kerja dan dedikasi Muqrin untuk Kerajaan dan menyatakan bahwa Pangeran Muqrin akan selalu dekat dengannya, tanah air dan saudara-saudaranya.

Alasan Utama
Tapi, beberapa media tidak resmi justru menurunkan alasan resmi Muqrin dalam siaran pers yang menghebohkan.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan nama Allah yang berfirman; “Janganlah engkau berbicara kepadaku tentang orang-orang yang zalim bahwa mereka akan tenggelam.” Maha Benar Allah yang Maha Besar.

Saudara-saudara dan putera-puteraku dari keluarga Al Saud, para ulama kami yang mulia, dan saudara-saudaraku para pemimpin Markas Departemen Keamanan di utara, selatan, timur dan barat Kerajaan. Untuk semua yang setia kepada Kerajaan Riyadh dan rakyatnya. Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Saudara-saudara yang mulia. Kerajaan Haramain telah memasuki titik kritis dari sisi politik, ekonomi dan militer melalui gerbang operasi “Badai Penghancur” melawan Republik Yaman. Pada gilirannya kita akan membayar mahal pada hari esok dan tidak diragukan lagi pemerintah dan rakyat akan menanggungnya. Kami memiliki sikap yang berbeda tentang apa yang tengah terjadi saat ini, sebelum dimulainya perang. Dan kami mengajukan keberatan secara resmi atas keputusan ini kepada Yang Mulia Raja Salman Ibn Abdul Aziz. Kami akan menjelaskan semua dampak yang akan muncul di masa mendatang akibat keputusan ini serta hal-hal yang akan mengakibatkan efek negatif yang merugikan Kerajaan dan rakyatnya dari sisi ekonomi dan militer, di samping pula hubungan internasional di tingkat kawasan dan dunia.
Sangat disayangkan, kami tidak menemukan respon atau perhatian serta kajian atas keberatan yang telah kami ajukan. Bahkan putra Yang Mulia Raja dan Menteri Pertahanan dan Penerbangan mengambil keputusan sendiri. Oleh karena itu saya meminta semua pihak yang setia kepada keluarga kami dan rakyat kami yang mulia serta semua negara sahabat untuk berdiri di sisi bangsa dan keluarga ini. Dan berupaya secara serius menghentikan segala yang terjadi saat ini di kancah Saudi dan Yaman, serta menjadikan rasio dan logika sebagai penentu, dan mengatasi situasi ini dengan cara-cara damai dalam rangka memelihara kedaulatan, martabat dan keamanan kedua negara.
Demikian pula bekerja serius dalam memulihkan hubungan eksternal Kerajaan dengan semua negara-negara Arab, Islam dan Barat, yang mungkin telah rusak akibat ketegangan dan perselisihan. Kami adalah saudara-saudara Anda, dan antara Kami dan Anda terdapat hubungan persaudaraan yang erat dan langgeng.
Saya juga menyerukan secara khusus kepada para pemimpin negara-negara sekutu yang berpartisipasi dalam operasi “Badai Penghancur” untuk menghentikan aksi militernya dan menarik mundur pasukan mereka yang berada di daratan Kerajaan maupun perairan lautnya, serta bekerja sama mengurangi ketegangan di kawasan.
Memandang rasa tanggung jawab kami dan keseriusan masalah yang terjadi, saya secara resmi mengajukan pengunduran diri saya dari jabatan putra mahkota.”

Kekuasaan As-Sudairy
Ada yang terbaca kemudian dari tergusurnya Muqrin. Sebab, lebih dari itu, Salman ingin mengambalikan dominasi As-Sudairy yang 'dikebiri' Raja Abdullah setelah wafatnya Fahd, Sultan, dan Nayef. Salman sebagai Sudairi terakhir memanfaatkan situasi itu untuk mengangkat anak-anak Sudairi, antara lain anak Nayef sebagai Putera Mahkota I dan Wakil Perdana Menteri I serta anak Salman sendiri, Muhammad sebagai Putera Mahkota II dan Wakil Perdana Menteri II.
Muqrin sendiri adalah anak tunggal Raja Abdul Aziz dengan istri asal Yaman, Barakah Al-Yamaniyah. Talal sendiri anak Raja Abdul Aziz dari ibu Armenia, Munaiyir. Sementara Salman termasuk Tujuh Sudairi, anak-anak Abdul Aziz dari istri kesayangannya, Hassa Assudairy yang sangat berpengaruh dalam keputusan-keputusan Raja Abdul Aziz di masa lalu.

Dengan tersingkirnya Muqrin serta sejumlah pangeran lapis kedua di Arab Saudi, permainan politik Arab Saudi kini di tangan klan As-Sudairy. (MH)

Baca Juga:

Internasional 2445794615350898878

Posting Komentar

emo-but-icon

Video Berita Haji

Populer

Terbaru

Iklan

item