Pangeran Talal Tak Dukung Raja Salman?
Pangeran Talal bin Abdul Aziz Suasana di Arab Saudi, mungkin di lapisan tertentu, mirip suasana ketika Raja Saud dilengserkan Raja Fais...

http://www.keretawaktu.com/2015/05/pangeran-talal-tak-dukung-raja-salman.html
![]() |
Pangeran Talal bin Abdul Aziz |
Para
pangeran Arab Saudi waktu itu terbelah dan serba ketakutan
menunjukkan
dukungan. Kini, terjadi lagi di Arab
Saudi, setelah 51 tahun berlalu. Para pangeran terbelah karena
sebagian memilih mendukung Pangeran Muqrin yang mengundurkan diri
akhir Mei lalu. Pangeran Talal bin Abdul Aziz, misalnya, anak nomor
17 yang lahir tahun 1931 dari Raja Abdul Aziz ini memilih menolak
keputusan Salman. Bahkan, tokoh gaek perpolitikan Arab Saudi Pangeran
Saud Al-Faisal, 75 tahun, yang mengabdi
selama 40 tahun sebagai menteri luar negeri, ikut mundur, meski
dengan alasan kesehatan. Saud digantikan Duta Besar Arab Saudi untuk
AS, Adel bin Ahmad Al-Jubeir.
Dalam
twitternya yang dilansir LahjNews.com, Talal menulis bahwa pergantain
putera mahkota serta pengganti putera mahkota yang mengambil anak
raja mengabaikan masih ada saudara raja sendiri dianggap menyalahi
agama dan konstitusi. Karena itu menurut Talal, ayah jutawan Atab
saudi Walid bin Talal, tak perlu baiat. Salman masih punya saudara Talal dan Ahmad.
Postur
kabinet baru Arab Saudi setelah pengunduran diri Muqrin. Salman
langsung langsung memantapkan sang kemenakan Mohammad bin Nayef
sebagai putera mahkota. Semula
dia menjabat Putera Mahkota II. Jabatan Putera Mahkota II diberikan
kepada kepada anak Salman sendiri, Muhammad
yang masih berusia 28 tahun.
Dari
31 jabatan menteri (dua dijabat Putera Mahkota I dan Putera Mahkota
II dengan posisi yang sangat stretegis)
hanya dua menteri dari kalangan pangeran. Saud Alfaisal sebagai
menteri negara dan Pangeran Mutaib bin Abdullah sebagai menteri garda
nasional. Selebihnya adalah menteri yang bukan dari kalangan
pangeran.
Krisis
Arab Saudi tak lain dari dampak serangan Saudi ke Yaman yang tidak
sepenuhnya disetujui Putera Mahkota Muqrin dan Pangeran Saud.
Dampaknya, Muqrin mengundurkan diri jabatan yang sangat memberi
kesempatan dia menjadi raja berikutnya pada negara super kaya kinyak
dengan penduduk asli hanya sekitar 20 juta jiwa itu. Keputusan
itu dilakukan Rabu, 10 Rajab 1436 atau 29 April 2015.
Laporan
yang disampaikan stasiun televisi negara menyebutkan Raja Salman
memutuskan mengangkat Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai putra
mahkota sekaligus wakil perdana menteri. Mohammed bin Nayef juga akan
terus menjabat posisi lamanya, yakni menteri dalam negeri dan kepala
badan koordinasi dewan politik dan keamanan.
Muhammad
bin Nayef karirnya cemerlang sejak diangkat sebagai deputi menteri
dalam negeri oleh ayahnya sendiri, Pangeran Nayef. Muhamamd pernah
selamat dari usaha pembunuhan yang dilakukan jaringan
teroris Al-Qaidah. Dia dikenal luas oleh dunia internasional,
khususnya AS, sebagai pemimpin dan wakil putra mahkota Arab Saudi
yang menentang terorisme.
'Pemecatan'
si bungsu Muqrin, 69 tahun, ini menjadi tanda bahwa la;pisan
pangeran lapis pertama yang tersisa dari era Raja Abdullah,
telah habis dan tergusur.
Menurut
sumber di Arab
Saudi, sebelum pencopotan putera mahkota itu, Muhammad bin
Salman, Rabu, 29 April lalu, mengejar mantan Putra Mahkota Pangeran
Muqrin bin Abdul Aziz yang diduga hendak menuju ke Yaman. Muqrin
ditangkap sebelum memasuki wilayah Yaman. Muqrin dibawa kembali ke
Riyadh dan ditempatkan sebagai tahanan rumah di salah satu istana
milik Mohammed bin Salman.
Dalam berita yang dilansir resmi Arab Saudi menyatakan bahwa Raja Salman mengirim kawat untuk saudaranya Pangeran Muqrin yang menerima pengunduran diri. Raja mengatakan bahwa permintaan Pangeran Muqrin termasuk loyalitas dan persaudaraan yang tulus. Raja memuji kerja dan dedikasi Muqrin untuk Kerajaan dan menyatakan bahwa Pangeran Muqrin akan selalu dekat dengannya, tanah air dan saudara-saudaranya. Alasan Utama Tapi, beberapa media tidak resmi justru menurunkan alasan resmi Muqrin dalam siaran pers yang menghebohkan. “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan nama Allah yang berfirman; “Janganlah engkau berbicara kepadaku tentang orang-orang yang zalim bahwa mereka akan tenggelam.” Maha Benar Allah yang Maha Besar.
Saudara-saudara
dan putera-puteraku dari keluarga Al Saud, para ulama kami yang
mulia, dan saudara-saudaraku para pemimpin Markas Departemen Keamanan
di utara, selatan, timur dan barat Kerajaan. Untuk semua yang setia
kepada Kerajaan Riyadh dan rakyatnya. Assalamualaikum warahmatullah
wabarakatuh.
Saudara-saudara
yang mulia. Kerajaan Haramain telah memasuki titik kritis dari sisi
politik, ekonomi dan militer melalui gerbang operasi “Badai
Penghancur” melawan Republik Yaman. Pada gilirannya kita akan
membayar mahal pada hari esok dan tidak diragukan lagi pemerintah dan
rakyat akan menanggungnya. Kami memiliki sikap yang berbeda tentang
apa yang tengah terjadi saat ini, sebelum dimulainya perang. Dan kami
mengajukan keberatan secara resmi atas keputusan ini kepada Yang
Mulia Raja Salman Ibn Abdul Aziz. Kami akan menjelaskan semua dampak
yang akan muncul di masa mendatang akibat keputusan ini serta hal-hal
yang akan mengakibatkan efek negatif yang merugikan Kerajaan dan
rakyatnya dari sisi ekonomi dan militer, di samping pula hubungan
internasional di tingkat kawasan dan dunia.
Sangat
disayangkan, kami tidak menemukan respon atau perhatian serta kajian
atas keberatan yang telah kami ajukan. Bahkan putra Yang Mulia Raja
dan Menteri Pertahanan dan Penerbangan mengambil keputusan sendiri.
Oleh karena itu saya meminta semua pihak yang setia kepada keluarga
kami dan rakyat kami yang mulia serta semua negara sahabat untuk
berdiri di sisi bangsa dan keluarga ini. Dan berupaya secara serius
menghentikan segala yang terjadi saat ini di kancah Saudi dan Yaman,
serta menjadikan rasio dan logika sebagai penentu, dan mengatasi
situasi ini dengan cara-cara damai dalam rangka memelihara
kedaulatan, martabat dan keamanan kedua negara.
Demikian
pula bekerja serius dalam memulihkan hubungan eksternal Kerajaan
dengan semua negara-negara Arab, Islam dan Barat, yang mungkin telah
rusak akibat ketegangan dan perselisihan. Kami adalah saudara-saudara
Anda, dan antara Kami dan Anda terdapat hubungan persaudaraan yang
erat dan langgeng.
Saya
juga menyerukan secara khusus kepada para pemimpin negara-negara
sekutu yang berpartisipasi dalam operasi “Badai Penghancur” untuk
menghentikan aksi militernya dan menarik mundur pasukan mereka yang
berada di daratan Kerajaan maupun perairan lautnya, serta bekerja
sama mengurangi ketegangan di kawasan.
Memandang
rasa tanggung jawab kami dan keseriusan masalah yang terjadi, saya
secara resmi mengajukan pengunduran diri saya dari jabatan putra
mahkota.”
Kekuasaan
As-Sudairy
Ada
yang terbaca kemudian dari tergusurnya Muqrin. Sebab, lebih dari itu,
Salman ingin mengambalikan dominasi As-Sudairy yang 'dikebiri' Raja
Abdullah setelah wafatnya Fahd, Sultan, dan Nayef. Salman sebagai
Sudairi terakhir memanfaatkan situasi itu untuk mengangkat anak-anak
Sudairi, antara lain anak Nayef sebagai Putera Mahkota I dan Wakil
Perdana Menteri I serta anak Salman sendiri, Muhammad sebagai Putera
Mahkota II dan Wakil Perdana Menteri II.
Muqrin
sendiri adalah anak tunggal Raja Abdul Aziz dengan istri asal Yaman,
Barakah Al-Yamaniyah. Talal sendiri anak Raja Abdul Aziz dari ibu
Armenia, Munaiyir. Sementara Salman termasuk Tujuh Sudairi, anak-anak
Abdul Aziz dari istri kesayangannya, Hassa Assudairy yang sangat
berpengaruh dalam keputusan-keputusan Raja Abdul Aziz di masa lalu.
Dengan
tersingkirnya Muqrin serta sejumlah pangeran lapis kedua di Arab
Saudi, permainan politik Arab Saudi kini di tangan klan As-Sudairy.
(MH)