Saudi Tolak Jemaah Umrah Usia 60 Tahun
Jemaah umrah usia lanjut Jakarta (KW-News). Beberapa jemaah umrah dan haji mendatang serta anak-anak akan ditolak masuk Arab Saudi terk...

http://www.keretawaktu.com/2014/05/saudi-tolak-jemaah-umrah-usia-60-tahun.html
![]() |
Jemaah umrah usia lanjut |
"Kami juga akan berhenti memberikan visa bagi jamaah haji yang belum divaksinasi flu," kata Saad Al- Quraisy, pimpinan Divisi Haji dan Umrahpada Kamar Dagang dan Industri Arab Saudi di Mekah.
Penyebaran virus MERS di Provinsi Barat, khususnya Mekah, Madinah dan Jeddah telah mendorong banyak penyedia layanan umrah berpaling pada jemaah usia lanjut meskipun pemerintah belum mengeluarkan keputusan resmi tentang masalah tersebut. Keputusan itu diambil dua bulan menjelang Ramadan yang dianggap sebagai bulan favorit melaksanakan umrah.
Pelaksana Menteri Kesehatan Adel Fakeih pekan lalu menyarankan anak-anak dan jemaah yang berusia lebih 65 tahun yang dianggap kelompok usia yang paling rentan tertular virus agar untuk menunda umrah dan haji hingga ancaman mereda.
Penyedia jasa haji dan umrah juga tak ingin menanggung resiko atas dampak penyebaran virus mematikan itu. Para penyelenggara umrah misalnya, akhir-akhir ini mengharuskan jemaahnya mengenakan masker selama di luar hotel.
Pemerintah Arab Saudi semakin khawatir dengan merebaknya virus MERS yang mebebak dari wilayahnya. Virus MERS telah menewaskan 100 orang lebih di Timur Tengah dan telah ditemukan satu kasus di Amerika Serikat (AS) yang juga terjangkit setelah kunjungan ke Saudi. Hingga kini, pria tersebut masih diisolasi di sebuah rumah sakit di Indiana, AS. Pria tersebut terbang ke Chicago dari Riyadh, Arab Saudi, via London pada 24 April dan jatuh sakit pada 27 April.
Masa inkubasi khas MERS adalah lima hari. MERS dari pasien itu belum diketahui apakah telah menginfeksi orang lain. Daftar penumpang maskapai penerbangan akan digunakan untuk mencari tahu semua orang yang duduk di dekatnya selama dalam pesawat dan bus.
MERS merupakan coronavirus mirip SARS, atau sindrom pernapasan akut parah, yang menewaskan ratusan orang, terutama di Tiongkok, tahun 2002 dan 2003. Virus yang lebih baru itu pertama kali dilaporkan tahun 2012 di Arab Saudi. Sejak itu, sekitar 400 kasus telah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sekitar sepertiga dari kasus itu berujung fatal. Virus itu diduga berasal dari kelelawar, tetapi juga tersebar luas pada unta. Walau virus itu belum menyebar dengan mudah di antara manusia, telah terjadi wabah di kalangan keluarga pasien, paramedis, perawat, dan dokter.
Sejumlah pakar khawatir bahwa mutasi telah membuat virus itu lebih mudah menular, sementara pakar lain yakin bahwa banyak unta yang menyebarkan virus itu dan kecerobohan di rumah sakit juga telah membantu penyebarannya. Gejala klasik virus itu adalah demam dan sesak napas yang menunjukkan gejala pneumonia. Virus itu juga telah menyebar di Uni Emirat Arab dan Mesir.
Sejauh ini tidak ada obat untuk virus itu. Pasien hanya ditempatkan di ventilator dan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, dengan harapan sistem kekebalan tubuh pasien perlahan-lahan akan mengalahkan virus itu.
Namun, sejauh ini, virus itu belum ditemukan di Indonesia walau sudah ada seorang warga Indonesia di Saudi yang dilaporkan meninggal karena virus itu. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama pada 29 April mengatakan, seorang warga Indonesia yang berinisial NA, usia 61 tahun, meninggal setelah positif terinveksi virus MERS di Saudi pada 27 April lalu. Ia sempat dirawat di RS Raja Saud Jeddah sejak 20 April. Ia sudah lama menetap di Jeddah dan bukan jemaah umrah. (MH/ArabNews)