Bank Syariah Indonesia Kelima di Dunia

Masjid BI Merambat pelan namun pasti. Itulah pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia yang diperkenalkan sejak tahun 1992 dengan total...

Masjid BI
Merambat pelan namun pasti. Itulah pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia yang diperkenalkan sejak tahun 1992 dengan total aset yang kini telah mencapai 21 miliar USD atau setara dengan Rp 232,20 triliun. Kenaikan ini membanggakan karena pertumbuhannya melampaui pertumbuhan aset keuangan syariah global.
Hal ini dikemukakan Achmad Buchori, Direktur Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia kepada sejumlah media di Bandung, akhir November lalu. Pertumbuhan keuangan perbankan syariah secara global tahun 2012 ini hanya mencapai 20,2% sementara pertumbuhan perbankan syariah Indonesia mencapai 34,1%. Bahkan tahun 2010 pertumbuhannya pernah mencapai 46,1% sementara pertumbuhan global hanya 9,9%.
Sebagai peringkat kelima, posisi Indonesia sekarang ini di bawah Iran, Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Total aset keuangan syariah secara global telah mencapai 1.631 miliar USD atau sekitar Rp 18.000 triliun. Bank syariah terbesar Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri yang telah memantapkan dirinya sebagai bank syariah yang cukup menonjol dengan kekayaan Rp 56 triliun atau sekitar 5,7 miliar USD pada laporan bulan Maret 2013 lalu, dengan rata-rata pertumbuhan 31,2%. Sementara bank syariah yang paling menonjol di dunia adalah Bank Arrajhi (Arab Saudi) yang didirikan dengan modal 4 Miliar USD.
“Petumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi yang dalam delapan tahun terakhir pertumbuhan GDP mencapai 6,1% sampai 6,2%,” kata Buchori. Hal ini tercapai, menurutnya, karena kebijakan perbaikan konektivitas, infrastruktur dan upaya pertumbuhan berkelanjutan serta terciptanya pasar yang luas bagi perbankan.
Populasi penduduk yang terus meningkat dengan mayoritas muslim merupakan pasar potensial bagi perbankan syariah. Terlebih, Indonesia sedang menikmati pertumbuhan kelas menengah yang siginifikan dan jadi pendorong utama konsumsi domestik dengan daya beli masyarakat yang diperkirakan membaik terkait kebijakan pemerintah, antara lain menaikkan pendapatan tidak kena pajak (PTKP) dari Rp 18 juta menjadi Rp 24 juta.
Kelas menengah Indonesia tumbuh dari semula 93 juta orang atau 42,7% menjadi sekitar 134 juta atau 56,6% penduduk (2009-2010). Selain itu, Indonesia juga diuntungkan oleh struktur demografi yang didomoinasi penduduk usia produktif yang mencapai 68% dari seluruh jumlah penduduk. “Ke depan, preferensi keuangan masyarakat juga akan berkembang dari produk sederhana seperti simpanan dan pembiayaan kepemilikan yang mengarah lebih banyak kepada produk investasi dan pembiayaan yang lebih spesifik dan sophisticated,” kata Buchori.
Indoensia sekarang memiliki 11 bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (semula 24 unit dan satu ditutup) dan 159 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah). Bank Syariah juga mencatat telah memiliki jaringan 2.817 kantor dengan 564 cabang. Termasuk di dalamnya, dua bank asing di BUS dan 6 UUS. Hingga tahun 2013 ini market share baru sekitar 4,8%. Total pembiayaan yang diberikan sebesar Rp 177,3 triliun dengan pertumbuhan 36%. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah sebesar Rp 171,7 triliun dengan pertumbuhan 34,5%.
BI berharap hingga tahun 2023, target share antara 15% sampai 20% dengan total aset Rp 3.000 triliun sampai Rp 3.500 triliun. Jumlah BUS bisa mencapai 25 dan BPRS mencapai 180 BPRS. Asumsi pertumbuhan antara 30% sampai 35% yang jauh di atas perbankan nasional yang hanya sekitar 17%. BI juga berharap pada tahun 2023 itu ada dua bank syariah nasional yang bisa masuk kelas dunia dengan masing-masing memiliki aset Rp 300 triliun. “Selama ini hanya Bank Mualamat yang memiliki kantor cabang di Kuala Lumpur,” kata Buchori.
Kendala pertumbuhan perbankan syariah selama ini antara lain karena banyak fitur perbankan yang masih dalam istilah Arab yang belum diakrabi konsumen. Misalnya, ada istilah mudarabah, murabahah, dan lain sebagainya. Persoalan lain adalah sumber daya. Ada yang memiliki keahlian syariahnya seperti yang dihasilkan sejumlah universitas islam, namun tak menguasai seluk beluk perbankan. Sbaliknya, ada yang menguasai perbankan namun sangat lemah di syariahnya. “Hal ini memang perlu diatasi,” kata Agus Fahri, salah seorang pejabat di Bank Indonesia.

Dana Haji
Dana haji yang melimpah termasuk dana yang juga dilirik bank syariah. Selama ini diperkirakan sudah ada Rp 57 triliun dana setoran jemaah haji dan Rp 3 triliun Dana Abadi Umat (DAU) yang tersimopan dalam bank konventional. Pada awal tahun 2014 dana haji direncanakan akan dialihkan dari bank konventional ke bank syariah sesuai amanat UU. Dengan demikian bank syariah akan mendapatkan dana segar yang sangat-sangat melimpah.
Tapi, menurut Agus Fajri, salah seorang pejabat pengawas BI, ia menyangsikan kesiapan bank-bank syariah untuk bisa menampung dana haji yang sangat yang besar itu. Sebab, jumlah dana itu melebihi total aset Bank Syariah Mandiri. “Jika pemerintah dengan memasukkan dana haji ke bank syariah dengan harapan manfaat yang sama ketika menyimpannya di bank konvensional, maka bank syariah akan berpikir panjang,” tegasnya.
Sebab, pada bank konventional, uang tersimpan sebulan saja sudah berputar dan bisa memberikan bunga. Sementara bank syariah harus melalui sejumlah instrumen yang lamban. “Saya takut bank syariah justru mati dengan masuknya dana haji jika tuntutannya sama dengan bank konvensional,” katanya.
Dalam bank syariah tidak kenal berapa bunga atau manfaat yang akan diberikan setiap tahun. Syukuk misalnya bisa memberi manfaat sampai 7%. Sementara perbankan syariah harus menunggu selesai dan tutasnya bagi hasil dengan nisbah tertentu yang bisa saja lebih besar atau lebih kecil dari manfaat syukuk dan atau jasa bank konventional lainnya. Menurut Agus, bank syariah harus cerdik membidik proyek-proyek besar dan memaksa kerja keras untuk memanfaatkan dana haji. Agus menyebut itu seraya menyebut aset bank konventional telah mencapai Rp 4.000 triliun. (MH)



Baca Juga:

Nasional 4069041473424046259

Posting Komentar

emo-but-icon

Video Berita Haji

Populer

Terbaru

Iklan

item