Ke Taif ke Makam Ibnu Abbas
Kota Taif Arab Saudi Kota Taif adalah ibukota Arab Saudi saat musim panas seperti sekarang ini. Udaranya yang sejuk menjadi tumpuan p...

http://www.keretawaktu.com/2013/07/ke-taif-ke-makam-ibnu-abbas.html
![]() |
Kota Taif Arab Saudi
|
Taif masuk dalam provinsi Mekkah yang memiliki ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut dan berada di lereng Pegunungan Sarawat. Taif juga menjadi kota tempat dilahirkannnya Sayyidina Usman bin Affan. Mantan Putera Mahkota Pangeran Nayef bin Abdul Aziz jugha dilahirkan di Taif. Juga, penyanyi Tariq Abdul Hakim yang terkenal lagunya Ya Reem Wadi Thaqif." Begitu juga Sultan Sharif Ali, Sultan ketiga Brunei Darussalam lkahir di kota wisata itu.
Sampai di kota itu, tanyalah di makam Abdullah bin Abbas atau Ibnu Abbas. Semua orang akan segera memberitahu Anda di mana letak makan salah seorang sahabat Rasulullah yang menonjol itu. Makamnya yang megah seolah tak sepadan dengan kebijakan penguasa Arab Saudi dan sekte Wahhabi yang tak suka ada makam megah. Entah dibiarkan atau karena jarang orang yang berziarah, sehinga siapa pun bisa berziarah makam Ibnu Abbas dengan leluasa.
Hal serupa tak mungkin kita dapatkan ketika ketika di pemakaman Baqi di Madinah atau Ma'la di Mekah. Pengawalnya galak-galak dan menyatakan bid'ah atau syirik. Kita berdoa harus menghadapkiblat tak boleh menghadap makam. Berkali-kali polisi amar ma'ruf nahi mungkar (polisi keagamaan) menghardik siapa saja yang terlalu lama di komplek pemakaman itu.
Abdullah bin Abbas ra, adalah salah satu sahabat Nabi SAW yang amat di cintai oleh Rasulullah SAW. Ia sengaja hijrah ke Taif dan ingin dimakamkan di kota dingin ini karena menanganggap bahwa Mekah dan Madinah sangat tinggi kedudukannya sehingga ia belum layakdimakamkan di dua kota suci itu.
Taif, sebagaimana kita ketahui dalam sejarahNabi Muhamamd pernah dua kali disinggahi iuntuk berdakwah. Pertama pada waktu beliau mengajak dan mencari suaka politik di Thaif karena orang kafir Makkah memusuhinya. Tetapi, penduduk Thaif menolak, bahkan mencaci dan melemparinya dengan batu, hingga kaki Nabi Muhammad SAW berdarah-darah. Tetapi, kondisi itu tidak membuat Nabi Muhammad SAW menyesal atau dendam kepada mereka. Malahan beliau mendoakan orang-orang yang menyakitinya agar Allah SWT memberikan hidayah. Karena memang penduduk Taif yang memusuhinya kondisinya masih jahiliyyah dan babyakdipengaruhi warga Mekah.
Berikutnya, Nabi SAW dan Abu Bakar, Umar, Ali Ibn Abi Thalib datang untuk membebaskan kota Taif. Nabi Muhammad dengan beberapa sahabat lain mengajak Bani Tsaqif untuk memeluk islam setelah perang Hunain. Di Taif terjadi peperangan, 11 sahabat Rasulullah gugur syahid. Mereka dimakamkan di Taif (makam para syuhada), yang di dekat tempat itu sekarang di bangun Masjid Besar.
Masjid besar yang dibangun di Thaif dinamakan dengan Masjid Abdullah Ibn Abbas yang dibangun pada tahun 592 H. Masjid itu dinamakan Masjid Ibn Abbas, karena tempatnya disamping Makam Ibn Abbas. Makam Ibn Abbas terletak di depan tempat salat wanita sekarang. Ada juga seorang tokoh besar yang bernama Imam Muhammad bin Al-Hanafiyah bin Ali Ibn Abi Thalib yang juga dimakamkan di situ. Dia anak Sayidina Ali dari istrti selain Fathimah.
Abdullah bin Abbas adalah seorang sahabat Nabi dan juga sepupunya sejajar dengan Ali bin Thalib. Ia adalah anak dari Abbas bin Abdul-Muththalib, paman dari Rasulullah Muhammad SAW. Ibnu Abbas lahir tahun 619 M dan wafat diTaif tahun 687M atau 68H dalam usia 68 tahun. Dalam riwayat lain Ibnu Abbas dalam usia 75 tahun dan 78 tahun.
Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang berpengetahuan luas, dan banyak hadis sahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas, serta beliau juga menurunkan seluruh Khalifah dengan nama Bani Abbasiyah. Abbasiyah dirujuk pada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib. Karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Abbasiyah berkuasa mulai tahun 750M dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama tiga abad berkuasa dan kemudian dipaksa menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan.
Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah Abbasiyah pertama.
Keluarga kaya
Ibnu Abbas merupakan anak dari keluarga yang kaya dari perdagangan bernama Abbas bin Abdul-Muththalib. Ibunya adalah Ummu al-Fadl Lubaba, yang merupakan wanita kedua yang masuk Islam, mengikuti jejak teman dekatnya Khadijah binti Khuwailid yang istri Rasululah.Ayah Ibnu Abbas dan ayah Nabi Muhammad merupakan bersaudara dari Syaibah bin Hasyim yang lebih dikenal dengan nama Abdul-Muththalib. Ayah orang itu adalah Hasyim bin Abdulmanaf, penerus dari Bani Hasyim klan dari Quraisy yang terkenal di Mekkah. Ibnu Abbas juga memiliki seorang saudara bernama Fadl bin Abbas.Kedekatan Rasulullah dengan Ibnu Abbas hampir sama kedekatannya dengan Sayidina Ali karramallahu wajhah. Ibnu Abbas pernah didekap Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah." Yang dimaksud hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Quran. Karena itu tafsir pertama yang diterbitkan adalah Tanwirul Miqbas fi Tafsiri Ibnu Abbas, karya tafsir Ibnu Abbas. Beliau senantiasa mengiringi Nabi. Beliau menyiapkan air untuk wudhu` Nabi. Ketika salat, beliau berjemaah bersama Nabi. Apabila Nabi melakukan perjalanan, ia ikut pergi bersama. Ia juga kerap menghadiri majelis-majelis Nabi. Akibat interaksi yang sedemikian itulah, ia banyak mengingat dan mengambil pelajaran dari setiap perkataan dan perbuatan Nabi.Pernah satu hari Rasulullah memanggil Ibnu Abbas yang sedang merangkak- rangkak di atas tanah. Rasulullah kemudian menepuk-nepuk bahunya dan mendoakannya, “Ya Allah, jadikanlah Ia seorang yang mendapat pemahaman mendalam mengenai agama Islam dan berilah kefahaman kepadanya di dalam ilmu tafsir.”
Ibnu Abbas juga bercerita, “Suatu ketika Nabi hendak ber-wudhu, maka aku bersegera menyediakan air untuknya. Beliau gembira dengan apa yang telah aku lakukan itu. Sewaktu hendak memulai salat, beliau memberi isyarat supaya aku bendiri di sebelahnya. Namun, aku berdiri di belakang beliau. Setelah selesai salat, beliau menoleh ke arahku lalu berkata, ‘Hai Abdullah, apa yang menghalangi engkau dari berada di sebelahku?’ Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, engkau terlalu mulia dan terlalu agung pada pandangan mataku ini untuk aku berdiri bersebelahan denganmu.’ Kemudian Nabi mengangkat tangannya ke langit lalu berdoa, ‘Ya Allah, karuniakanlah ia hikmah dan kebijaksanaan dan berikanlah ilmu daripadanya.’”
Usia Ibnu Abbas baru menginjak 15 atau 16 tahun ketika Nabi wafat. Setelah itu, pengejarannya terhadap ilmu tidaklah usai. Beliau berusaha menemui sahabat-sahabat yang telah lama mengenal Nabi demi mempelajari apa-apa yang telah Nabi ajarkan kepada mereka semua. Tentang hal ini, Ibnu Abbas bercerita bagaimana ia gigih mencari hadis yang belum diketahuinya kepada seorang sahabat penghafal hadis.
“Aku pergi menemuinya sewaktu dia tidur siang dan membentangkan jubahku di pintu rumahnya. Angin meniupkan debu ke atas mukaku sewaktu aku menunggunya bangun dari tidurnya. Sekiranya aku ingin, aku bisa saja mendapatkan izinnya untuk masuk dan tentu dia akan mengizinkannya. Tetapi aku lebih suka menunggunya supaya dia bangun dalam keadaan segar kembali. Setelah ia keluar dan mendapati diriku dalam keadaan itu, dia pun berkata. ‘Hai sepupu Rasulullah! Ada apa dengan engkau ini? Kalau engkau mengirimkan seseorang kemari, tentulah aku akan datang menemuimu.’ Aku berkata, “Akulah yang sepatutnya datang menemui engkau, karena ilmu itu dicari, bukan datang sendiri.’ Aku bertanya kepadanya mengenai hadis yang diketahuinya dan aku mendapatkan riwayat darinya.”
Dengan kesungguhannya mencari ilmu, baik di masa hidup Nabi maupun setelah Nabi wafat, Ibnu Abbas memperolah kebijaksanaan yang melebihi usianya. Karena kedalaman pengetahuan dan kedewasaannya, Umar bin Khaththab menyebutnya ‘pemuda yang matang’. Khalifah Umar sering melibatkannya ke dalam pemecahan persoalan penting negara dan kerap mengedepankan pendapat Ibnu Abbas ketimbang pendapat sahabat-sahabat senior lain. Argumennya yang cerdik dan cerdas, bijak, logis, lembut, serta mengarah pada perdamaian membuatnya andal dalam menyelesaikan perselisihan dan perdebatan. Beliau menggunakan debat hanya untuk mendapatkan dan mengetahui kebenaran, bukan untuk pamer kepintaran atau menjatuhkan lawan. Hatinya bersih dan jiwanya suci, bebas dari dendam. Ia selalu mengharapkan kebaikan bagi setiap orang, baik yang dikenal maupun tidak.
Umar juga pernah berkata, “Sebaik-baik tafsir Al-Quran ialah dari Ibnu Abbas. Apabila umurku masih lanjut, aku akan selalu bergaul dengan Ibnu Abbas.” Sa`ad bin Abi Waqqas menerangkan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih cepat dalam memahami sesuatu, yang lebih berilmu dan lebih bijaksana daripada Ibnu Abbas.” Ibnu Abbas tidak hanya dikenal karena pemikiran yang tajam dan ingatan yang kuat, tapi juga dikenal murah hati. Teman-temannya bersaksi, “Kami tidak pernah melihat sebuah rumah penuh dengan makanan, minuman, dan ilmu yang melebihi rumah Ibnu Abbas.”
Ibnu Abbas pun pernah menduduki posisi gubernur di Bashrah pada masa kekhalifahan Ali. Penduduknya bertutur tentang sepak terjang beliau, “Ia mengambil tiga perkara dan meninggalkan tiga perkara. Apabila ia berbicara, ia mengambil hati pendengarnya; Apabila ia mendengarkan orang, ia mengambil telinganya (memperhatikan orang tersebut); Apabila ia memutuskan, ia mengambil yang termudah. Sebaliknya, ia menjauhi sifat mencari muka, menjauhi orang berbudi buruk, dan menjauhi setiap perbuatan dosa.”
Ibnu Abbas meriwayatkan sekitar 1.660 hadis. Dia sahabat kelima yang paling banyak meriwayatkan hadis sesudah Aisyah. Beliau juga aktif menyambut jihad di Perang Hunain, Tha`if, Fathu Makkah dan Haji Wada`. Selepas masa Rasul, Ia juga menyaksikan penaklukkan Afrika bersama Ibnu Abu As-Sarah, Perang Jamal dan Perang Shiffin bersama Ali bin Abi Thalib.
Melihat Jibril
Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah melihat Malaikat Jibril dalam dua kesempatan. "Aku bersama bapakku (Abbas) di sisi Rasulullah dan di samping Rasulullah ada seorang laki-laki yang membisikinya. Maka seakan-akan beliau berpaling dari bapakku. Kemudian kami beranjak dari sisi Rasulullah seraya bapakku berkata, Wahai anakku, tahukah engkau kenapa anak laki-laki pamanmu (Rasulullah) seperti berpaling (menghindari aku)? Maka aku menjawab, Wahai bapakku, sesungguhnya di sisi Rasulullah ada seorang laki-laki yang membisikinya." Ibnu Abbas berkata melanjutkan. "Kemudian kami kembali ke hadapan Rasulullah dan lantas bapakku berkata, Ya Rasulullah aku berkata kepada Abdullah yang menceritakan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki di sampingmu yang berbisik-bisik kepadamu. Apakah benar? Rasulullah balik bertanya, Apakah engkau melihatnya ya Abdullah? Kami menjawab, Ya. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya ia adalah Jibril alaihissalam. Dialah yang menyibukkan kami dari kamu sekalian."Kemudian, Abbas mengutus Ibnu Abbas kepada Rasulullah dalam suatu keperluan, dan Ibnu Abbas menjumpai Rasulullah bersama seorang laki-laki. Maka tatkala ia kembali dan tidak bicara kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda, Engkau melihatnya? Abdullah (Ibnu Abbas) menjawab, Ya. Rasulullah bersabda, Ia adalah Jibril. Ingatlah sesungguhnya ia tidak akan mati sehingga hilang pandangannya (buta) dan didatangkan ilmu."
Dalam hadis riwayat Imam Muslim, Ibnu Abbas pernah di doakan Nabi Muhammad dua kali, saat didekap beliau dan saat ia melayani Rasulullah dengan mengambil air wudlu, Rasululah berdoa, "Ya Allah fahamkanlah (faqihkanlah) ia." Benar. Ibnu Abbas wafat dalam keadaan buta dan menjadi gudang ilmu bagi siapa saja. (MH)